Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketahui Efek Samping Mencampur Bahan Bakar Beda Oktan

Kompas.com - 11/01/2022, 14:12 WIB
Donny Dwisatryo Priyantoro,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tak sedikit orang yang mencampur bahan bakar dengan nilai oktan yang berbeda. Salah satunya adalah mencampur Pertalite dengan Pertamax Turbo.

Menurut Tri Yuswidjajanto, dosen Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB), mencampur kedua bahan bakar tersebut bisa saja. Tapi, ada dampak atau efek sampingnya.

Baca juga: Efek Pakai BBM Premium dan Pertalite buat Kesehatan Mesin

"Di dalam Pertalite dan Pertamax Turbo itu ada aditif, namanya Deposit Control Additives (DCA). Itu gunanya agar di dalam mesin tidak banyak kerak. Kalau bersih sama sekali dari kerak itu tidak mungkin. Ada, tapi bisa dihambat," ujar Tri, kepada Kompas.com, belum lama ini.

Petugas melayani pembeli Pertalite di SPBU Abdul Muis, Jakarta Pusat, Jumat (24/7/2015). PT Pertamina (Persero) mulai menjual Pertalite dengan oktan 90 kepada konsumen dengan harga Rp.8400 perliter. KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMOKRISTIANTO PURNOMO Petugas melayani pembeli Pertalite di SPBU Abdul Muis, Jakarta Pusat, Jumat (24/7/2015). PT Pertamina (Persero) mulai menjual Pertalite dengan oktan 90 kepada konsumen dengan harga Rp.8400 perliter. KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO

Tri menambahkan, jika pakai Premium terus, maka suatu saat akan ditawari setiap 20.000 km untuk melakukan carbon cleaning. Kalau aditifnya tidak sesuai kadarnya, efeknya bukan membersihkan, tapi mengotori.

Menurutnya, pada bahan bakar yang memiliki nilai oktan yang tinggi, justru memiliki DCA. Sebab, unsur-unsur yang menaikkan oktan, itu berpotensi untuk menimpulkan deposit.

Baca juga: Pertalite Batal Dihapus, tapi Jangan Salah Pilih BBM untuk Kendaraan

"Orang kimia menyebutnya PIONA, yakni paraffin, isoparaffin, olefin, naphtene, aromatic). Ini bisa meningkatkan oktan, tapi juga meninggalkan deposit," kata Tri.

Kerak pada piston Aris Harvenda/Otomania Kerak pada piston

Jadi, biasanya semakin tinggi oktannya, semakin banyak butuh aditif. Aditif yang ada ketika kedua bahan bakar dicampurkan, menurut Tri, belum tentu optimal untuk RON 94.

"Akibatnya, malah menaikkan deposit di piston sehingga sering ngelitik (knocking). Kemudian, deposit di katup masuk, sehingga mengganggu aliran bahan bakar dan udara," ujar Tri.

kerak pada klep dan pistonAris Harvenda/Otomania kerak pada klep dan piston

Tri mengatakan, dampak pada mesin adalah tenaga jadi turun dan tarikan terasa berat. Sehingga, tidak disarankan. Sebab, aditif itu tidak linear.

"Jika deposit terlalu tebal hingga membuat katup menjadi macet, lalu piston menabrak katup, malah rusak kendaraannya," kata Tri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau