Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak yang Tak Sadar, Pakai Premium Justru Bikin Boros Konsumsi BBM

Kompas.com - 11/01/2022, 13:12 WIB
Donny Dwisatryo Priyantoro,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium tidak jadi dihapuskan oleh pemerintah. Salah satu alasannya karena masih banyak yang menggunakannya.

Padahal, bahan bakar dengan nilai oktan paling rendah ini sudah tidak disarankan lagi oleh para pabrikan untuk digunakan pada mobil keluaran terbaru.

Baca juga: Efek Negatif Mobil Kompresi Tinggi Tenggak BBM Premium

Sebab, mobil zaman sekarang sudah memiliki kompresi yang tinggi, yakni minimal 11:1 atau 12:1. Sehingga, butuh asupan bahan bakar dengan oktan yang tinggi.

Pengendara motor mengantre di SPBU untuk mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis premium, di Bali, Selasa (26/8/2014).AFP PHOTO / SONNY TUMBELAKA Pengendara motor mengantre di SPBU untuk mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis premium, di Bali, Selasa (26/8/2014).

Kepala Bengkel Auto2000 Cilandak Jakarta Selatan Suparna mengatakan, mobil dengan kompresi tinggi tentunya membutuhkan bahan bakar oktan tinggi. Jika tidak, proses pembakarannya menjadi tidak sempurna.

“Kalau pakai BBM oktan rendah, proses pembakarannya akan lebih dini. Sehingga, mesin akan mengalami detonasi atau istilah lainnya mesin ngelitik (knocking). Jika itu terjadi, maka tenaga berkurang dan pengemudi menginjak pedal gas harus lebih dalam,” ujar Suparna, saat dihubungi Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Baca juga: Efek Jangka Panjang Pakai Premium, Bisa Keracunan Gas Buang Kendaraan

Suparna menambahkan, jika mobil keluaran sekarang menggunakan BBM oktan tinggi atau yang sudah direkomendasikan pabrikan, maka proses pembakarannya jadi sempurna. Sehingga, bahan bakar yang dikeluarkan jadi tidak terbuang banyak.

Bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium tetap tersedia di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Pertamina (Dok. Pertamina) Bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium tetap tersedia di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Pertamina

“BBM dengan oktan tinggi itu tidak mudah terbakar seperti oktan rendah. Jadi semua proses pembakarannya sempurna, dan ingat itu hanya berlaku untuk mobil keluaran sekarang karena kompresinya juga udah tinggi,” kata Suparna.

Tapi, untuk mobil keluaran lama atau yang memiliki rasio kompresi di bawah 10:1, belum tentu juga jika pakai BBM oktan tinggi akan menjadi lebih irit. Sebab, kompresi rendah tidak membutuhkan bahan bakar oktan tinggi.

“Melihat dari berbagai kasus, kalau mobil terbaru sudah jelas akan lebih boros jika menggunakan BBM oktan rendah,” ujar Suparna.

Proses pengisian BBM Premium di SPBUbp Proses pengisian BBM Premium di SPBU

Ahmad Safrudin, Direktur Eksekutif KPBB (Komite Penghapusan Bensin Bertimbal), mengatakan, mesin yang mengelitik akan menjadi tidak bertenaga, karena bensin dengan RON lebih rendah dari kebutuhan mesinnya akan terbakar oleh kompresi piston di ruang pembakaran mesin (self ignition) tanpa didahului percikan api busi.

"Kondisi self ignition ini yang dapat menyebabkan bensin lebih boros sekitar 20 persen, karena terbakar percuma tanpa menghasilkan tenaga. Sehingga, untuk menempuh jarak tertentu membutuhkan bensin lebih banyak," kata Safrudin.

Safrudin menambahkan, borosnya bensin juga bisa meningkatkan emisi, baik emisi rumah kaca (CO2) hingga emisi pencemaran udara, seperti PM, HC, CO, NOx, dan SOx.

Akibat self ignition, masih ada efek samping lainnya pada mesin, seperti detonasi yang menyebabkan keretakan piston, kerusakan ring piston, busi, dan lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com