JAKARTA, KOMPAS.com - Membeli bahan bakar minyak (BBM) secara eceran masih kerap dilakukan oleh banyak pengendara atau pemilik kendaraan bermotor, terkhusus saat keadaan darurat.
Sebab, di tempat terkait tidak perlu antre sampai memakan waktu seperti melakukan pengisian BBM di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) apalagi tempatnya lebih tersebar.
Meski demikian, pembeli sebaiknya waspada akan adanya bensin oplosan karena bisa berbahaya untuk mesin sebagaimana dikatakan oleh Patrick Adhiatmadja, Executive Chairman PT Federal Karyatama & PT ExxonMobil Lubricants Indonesia.
Baca juga: Kejadian Pemotor Terjun, Flyover Pesing Dilarang bagi Kendaraan Ini
Untuk diketahui, BBM oplosan merupakan hasil campuran yang tak sesuai dengan standar yang ditentukan oleh pihak yang berwenang. Tujuannya, tentu untuk memperoleh keuntungan.
Dilansir laman federaloil.co.id, ternyata ada cara yang sangat mudah untuk mengetahui BBM yang dijual eceran merupakan campuran atau tidak. Jadi jangan khawatir lagi.
"Pertama bisa memakai jari tangan dengan cara dicelup serta tunggu saja beberapa detik. Amati bagaimana penguapan yang terjadi," kata dia dalam keterangannya.
Apabila mendapati bensin cepat hilang atau mengering maka hal tersebut adalah tanda kalau bahan bakar tersebut murni. Sebaliknya, jika tidak ada perubahan dan meninggalkan zat tersisa, itu indikator BBM oplosan.
Kedua, perhatikan warna BBM apakah masih memiliki warna yang khas dan pekat atau tidak.
Misalnya, BBM jenis bensin Premium yang berwarna kuning cerah, Pertalite hijau, sedangkan Pertamax akan terlihat berwarna merah.
Baca juga: Antisipasi Turunan Tajam, Apakah Motor Matik Bisa Engine Brake?
"Apabila menemui jenis BBM dengan warna yang berbeda dari tersebut di atas, bisa dipastikan kalau itu adalah bensin jenis oplosan. Selain itu, BBM yang asli tidak akan meninggalkan banyak endapan di dasar botol," kata dia.
Lalu, cek dengan koran bekas. Dengan cara melihat tulisan yang ada di koran tersebut bisa dibaca atau tidak.
"Maksudnya, ketika BBM oplosan dicipratkan di permukaan kertas koran, akan menjadikan tulisan di koran luntur. Pasalnya, kebanyakan pengoplos menggunakan minyak tanah sebagai bahan campuran," ujar Patrick.
"Sehingga, tinta di koran tidak tahan dengan bahan (campuran) tersebut," lanjutnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.