JAKARTA, KOMPAS.com - Awal tahun 2022 busi NGK menggelar acara NGK MotoDX Dyno War. Adu tenaga di lintasan statis ini dibuat sebagai ajang pembuktian busi NGK MotoDX.
NGK MotoDX pertama kali meluncur pada April 2021. Busi baru ini diposting sebagai busi performa tinggi buat pemakaian harian dengan kelas di atas NGK Iridium.
Saat ini di pasar harga eceran NGK MotoDX berkisar Rp 220.000 - Rp 350.000 tergantung tipe. Banderolnya sekitar dua kali lipat dari NGK Iridium yakni Rp 100.000 - Rp 250.000.
Baca juga: All New Avanza Rakitan Lokal Siap Invasi Thailand Februari 2022
Technical Support Product Specialist NGK Busi Indonesia Diko Okataviano, mengatakan harga NGK MotoDX mahal karena bagian elektroda memakai dua logam mulia yaitu ruthenium dan iridium.
"Ini terobosan NGK awalnya dimulai di Jepang 2019. Sebelumnya ialah awalnya iridium dan platinum, kemudian dicoba dua logam mulia yaitu ruthenium dan iridium pada MotoDX," kata Diko yang ditemui di Serpong, Minggu (9/1/2022).
Diko mengatakan, sejauh ini baru NGK yang memakai ruthenium. Ruthenium mirip dengan iridium tapi masing-masing berbeda dan punya keunggulan sendiri. Jadi kelebihan keduanya saling melengkapi.
"Kita yakin dengan dua logam mulia yang dikombinasikan ini kita punya hantaran listrik dan durabilitas yang lebih baik," ucap Diko.
Baca juga: Mobil dan Motor Lawas Bisa Pakai BBM Oktan Tinggi, Ini Syaratnya
Selain memakai campuran logam ruthenium, Diko mengatakan kelebihan lain NGK MotoDX ialah memiliki bentuk elektroda D-Shape, berbeda dengan busi lain berbentuk kotak.
"Bentuk huruf D pada elektroda ground ini memudahkan saat udara dan bahan bakar tercampur masuk ke ruang bakar," katanya.
"Elektroda pada umumnya kotak, sedangkan bentuk D ini tujuannya satu yaitu kalau dibilang (dianalogikan seperti) mobil atau motor itu ergonomis turbulensinya," kata Diko.
Baca juga: Bukan Xenia atau Rocky, Ini Mobil Daihatsu Terlaris pada Akhir 2021
Diko mengatakan, bentuk elektroda D-Shape ini diadopsi dari OEM yang dipakai Honda yaitu busi NGK MR9C9M, yang dipakai di beberapa model seperti Beat dan CRF terbaru.
"Secara pengembangan kita berangkatnya dari OEM. Karena kita lihat peningkatan performa lumayan dan Honda juga puas dengan bentuk D-Shape," ungkap Diko.
"Hanya saja yang OEM Honda itu masih punya kekurangan karena materialnya nikel. Nah akhirnya aftermarket kita kembangkan dengan logam mulia bisa tidak menghasilkan tenaga yang lebih baik lagi," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.