Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

8 Kebiasaan Buruk Pengemudi Bus dan Truk di Indonesia

Kompas.com - 15/03/2021, 16:41 WIB
Muhammad Fathan Radityasani,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.comKecelakaan yang melibatkan kendaraan besar seperti bus dan truk memang kerap terjadi di Indonesia.

Misalnya saja seperti yang belum lama ini terjadi, bus pariwisata  terperosok ke jurang di Kabupaten Sumedang, yang mengakibatkan puluhan korban jiwa.

Kebanyakan kecelakaan yang terjadi yang melibatkan bus atau truk salah satu penyebabnya adalah dari pengemudi atau human error.

Ada beberapa kebiasaan pengemudi bus dan truk yang sebenarnya berbahaya jika terus dilakukan.

Senior Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Ahmad Wildan mengatakan, berdasarkan kecelakaan yang pernah diinvestigasi oleh KNKT, ada delapan kebiasaan yang dilakukan pengemudi bus atau truk yang sebenarnya salah.

Baca juga: Polisi Razia Knalpot Bising Lagi, Ada yang Berisik Langsung Diembat

Kecelakaan Bus Pariwisata di Sumedang, Jawa BaratKEMENTERIAN PERHUBUNGAN Kecelakaan Bus Pariwisata di Sumedang, Jawa Barat

1. Tidak pre-inspection sebelum berangkat

Kebiasaan dasar yang kerap dilupakan yakni tidak melakukan pre-inspection sebelum berangkat (mengecek tekanan udara, kebocoran minyak rem, dan lain-lain). Sehingga bus kurang dipersiapkan ketika beroperasi.

2. Kocok pedal rem

“Kemudian sering mengocok rem, efeknya tekanan udara di air tank akan berkurang sehingga pedal rem dan kopling jadi keras, sulit ditekan,” ucap Wildan kepada Kompas.com, Senin (15/3/2021).

3. Tidak membuang udara pada air tank

“Saat truk atau bus berhenti dalam waktu yang cukup lama, akan terjadi proses kondensasi dalam air tank yang mengubah udara menjadi air," jelas Wildan

Air yang ada di air tank mengurangi kapasitas udara sehingaa menyebabkan rem blong. Sebaiknya, angin dibuang saat berhenti lebih dari 30 menit.

Baca juga: Harga Xpander Bekas Setelah Ada Diskon PPnBM untuk Mobil Baru

4. Menyiram dengan air buat dinginkan kampas rem

Ketika tromol dan kampas rem yang panas disiram air, bisa menyebabkan perubahan bentuk pada tromol.

Jika sudah berubah bentuk, potensi rem memudar atau brake fading akan lebih tinggi.

5. Pakai gigi tinggi pada jalan menurun

Menggunakan gigi tinggi saat bus melewati jalan menurun memang kerap disepelekan.

Hal ini menyebabkan engine brake dan exhaust brake tidak berfungsi optimal, sehingga memanfaatkan rem utama yang rawan mengalami overheat dan bisa blong.

6. Memakai klakson telolet 

Klakson telolet ada yang mengambil udaranya dari air tank. Oleh karena itu, jika sering digunakan, udara di air tank juga berkurang, sehingga bisa mengurangi daya pengereman bus.

Selain itu, instalasi klakson yang tidak benar juga rawan bocor bahkan copot. Ketika sudah copot, udara di air tank akan keluar dan truk atau bus jadi tidak bisa mengerem karena kehabisan udara.

7. Pasang aksesoris elektrikal

Kebiasaan yang salah dalam menambah aksesoris seperti lampu dan sistem audio bisa menyebabkan bus terbakar.

Stop kontak dengan pemasangan dan material yang tidak standar sangat mudah menciptakan korsleting.

Ruang aki busIstimewa Ruang aki bus

8. Menyimpan barang tidak terpakai di ruang aki

Ruang aki untuk bus atau truk sengaja dibuat terpisah. Namun bukan berarti ruang aki ini menjadi tempat penyimpanan barang lain.

“Lalu ada juga yang menyimpan barang-barang enggak kepakai, botol-botol air pada ruang baterai (accu),” ucapnya.

Jika air tumpah dan tercampur dengan debu, membuat campuran tersebut menjadi larutan yang konduktif atau menghantarkan listrik dan menginisiasi hubungan pendek.

Banyaknya kebiasaan buruk pengemudi ini dikarenakan mereka yang kurang mengetahui apa bahayanya.

Selain itu, Wildan juga mengatakan kalau salah satu penyebabnya yakni karena mereka tidak pernah terdidik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau