JAKARTA, KOMPAS.com – Kecelakaan yang melibatkan kendaraan besar seperti bus dan truk memang kerap terjadi di Indonesia.
Misalnya saja seperti yang belum lama ini terjadi, bus pariwisata terperosok ke jurang di Kabupaten Sumedang, yang mengakibatkan puluhan korban jiwa.
Kebanyakan kecelakaan yang terjadi yang melibatkan bus atau truk salah satu penyebabnya adalah dari pengemudi atau human error.
Ada beberapa kebiasaan pengemudi bus dan truk yang sebenarnya berbahaya jika terus dilakukan.
Senior Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Ahmad Wildan mengatakan, berdasarkan kecelakaan yang pernah diinvestigasi oleh KNKT, ada delapan kebiasaan yang dilakukan pengemudi bus atau truk yang sebenarnya salah.
Baca juga: Polisi Razia Knalpot Bising Lagi, Ada yang Berisik Langsung Diembat
Kebiasaan dasar yang kerap dilupakan yakni tidak melakukan pre-inspection sebelum berangkat (mengecek tekanan udara, kebocoran minyak rem, dan lain-lain). Sehingga bus kurang dipersiapkan ketika beroperasi.
“Kemudian sering mengocok rem, efeknya tekanan udara di air tank akan berkurang sehingga pedal rem dan kopling jadi keras, sulit ditekan,” ucap Wildan kepada Kompas.com, Senin (15/3/2021).
“Saat truk atau bus berhenti dalam waktu yang cukup lama, akan terjadi proses kondensasi dalam air tank yang mengubah udara menjadi air," jelas Wildan
Air yang ada di air tank mengurangi kapasitas udara sehingaa menyebabkan rem blong. Sebaiknya, angin dibuang saat berhenti lebih dari 30 menit.
Baca juga: Harga Xpander Bekas Setelah Ada Diskon PPnBM untuk Mobil Baru
Ketika tromol dan kampas rem yang panas disiram air, bisa menyebabkan perubahan bentuk pada tromol.
Jika sudah berubah bentuk, potensi rem memudar atau brake fading akan lebih tinggi.
Menggunakan gigi tinggi saat bus melewati jalan menurun memang kerap disepelekan.
Hal ini menyebabkan engine brake dan exhaust brake tidak berfungsi optimal, sehingga memanfaatkan rem utama yang rawan mengalami overheat dan bisa blong.
Klakson telolet ada yang mengambil udaranya dari air tank. Oleh karena itu, jika sering digunakan, udara di air tank juga berkurang, sehingga bisa mengurangi daya pengereman bus.
Selain itu, instalasi klakson yang tidak benar juga rawan bocor bahkan copot. Ketika sudah copot, udara di air tank akan keluar dan truk atau bus jadi tidak bisa mengerem karena kehabisan udara.
Kebiasaan yang salah dalam menambah aksesoris seperti lampu dan sistem audio bisa menyebabkan bus terbakar.
Stop kontak dengan pemasangan dan material yang tidak standar sangat mudah menciptakan korsleting.
Ruang aki untuk bus atau truk sengaja dibuat terpisah. Namun bukan berarti ruang aki ini menjadi tempat penyimpanan barang lain.
“Lalu ada juga yang menyimpan barang-barang enggak kepakai, botol-botol air pada ruang baterai (accu),” ucapnya.
Jika air tumpah dan tercampur dengan debu, membuat campuran tersebut menjadi larutan yang konduktif atau menghantarkan listrik dan menginisiasi hubungan pendek.
Banyaknya kebiasaan buruk pengemudi ini dikarenakan mereka yang kurang mengetahui apa bahayanya.
Selain itu, Wildan juga mengatakan kalau salah satu penyebabnya yakni karena mereka tidak pernah terdidik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.