Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Abai, Ini 3 Faktor Penyebab Aquaplaning

Kompas.com - 08/01/2021, 12:22 WIB
Ari Purnomo,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gejala aquaplaning atau hydroplaning menjadi momok yang sering menghantui pengemudi kendaraan bermotor saat cuaca hujan atau jalanan basah.

Hilangnya traksi ban saat melaju di jalan basah atau tergenang air sering memicu terjadinya kecelakaan fatal hingga menyebabkan korban jiwa.

Kondisi ini seperti yang terjadi pada beberapa kejadian kecelakaan di ruas tol belum lama ini.

Untuk itu, bagi setiap pengemudi sebaiknya memahami beberapa faktor yang bisa memicu terjadinya hydroplaning.

Baca juga: Blokir STNK yang Mati 2 Tahun Segera Diberlakukan

Sedikitnya ada tiga faktor yang bisa menyebabkan terjadinya aquaplaning

Ilustrasi berkendara mobilSHUTTERSTOCK Ilustrasi berkendara mobil

1. Memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi

Mengemudikan kendaraan bermotor dalam kondisi hujan atau jalanan basah tidak bisa disamakan ketika kondisi jalanan kering.

Untuk itu, saat melaju di jalanan basah atau tergenang air sebaiknya pengemudi tidak memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi.

Hanya saja, selama ini masih banyak pengemudi yang mengabaikan cara mengemudi aman dan memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi saat kondisi hujan.

Baca juga: Kecelakaan Beruntun di Tol Semarang, Ingat Lagi Jurus 3 Detik

Sehingga, kendaraan kehilangan kendali dan tergelincir hingga menyebabkan kecelakaan fatal

Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana menyarankan, ketika melaju di jalan basah tidak perlu terburu-buru.

“(Aquaplaning) biasanya terjadi karena pengemudi terburu-buru saat melintasi genangan air. Ini yang justru berbahaya, sebaiknya pelan-pelan saja agar mobil tidak terangkat dari aspal,” ujar Sony, kepada Kompas.com belum lama ini.

TWI ban mobilFathan TWI ban mobil

2. Kondisi ban gundul

Selain karena kecepatan tinggi, faktor lain yang juga bisa memicu terjadinya hydroplaning adalah kondisi ban.

On Vehicle Test (OVT) Manager PT Gajah Tunggal Zulpata Zainal mengatakan, kondisi ban juga perlu diperhatikan, terlebih sebelum berkendara di jalanan basah atau kondisi hujan.

Kondisi telapak ban juga bisa mempengaruhi terjadinya gejala aquaplaning karena alur ban tidak sempurna dalam mengalirkan air.

Baca juga: Begini Cara Mengaktifkan Kembali Masa Berlaku STNK yang Mati

“Pastikan sisa tinggi telapak ban mumpuni yaitu masih di atas tanda TWI (tread wear indicator), untuk mobil berpenumpang TWI-nya harus 1.6 mm dari dasar,” tuturnya.

Ilustrasi cek tekanan udara pada banamericatop10.com Ilustrasi cek tekanan udara pada ban

3. Tekanan udara pada ban kurang

Kondisi tekanan udara ban ternyata juga berpengaruh terhadap daya cengkeram ban ke aspal, terlebih dalam kondisi jalan basah atau hujan.

Maka dari itu, pemilik kendaraan wajib memastikan bahwa tekanan udara ban sudah sesuai sebelum digunakan.

Untuk ukuran tekanan ban yang paling bagus kata Zulpata adalah yang sesuai dengan rekomendasi dari pabrikan.

Baca juga: Mengapa STNK Kendaraan yang Sudah Dijual Perlu Diblokir?

Menurutnya, saat tekanan udara ban kurang maka ban tidak memiliki contact patch atau area kontak dengan aspal yang maksimal.

Kondisi ini menyebabkan daya cengkeram ban juga berkurang atau tidak sebaik ketika tekanan udaranya sesuai.

“Kurangnya tekanan udara juga bisa menyebabkan terjadinya aquaplaning. Kami di GTPG (Gajah Tunggal Proving Ground) melakukan cek aquaplaning, hasilnya dengan dikurangi tekanan udara dari standar memperbesar potensi terjadinya aquaplaning,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com