JAKARTA, KOMPAS.com – Meskipun pemeritah telah melarang mudik, nyatanya masih banyak warga yang nekat dan berusaha mencapai kampung halaman, terutama saat menjelang hari raya Lebaran.
Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) mengungkapkan bahwa orang yang nekat mudik selama pandemi Covid-19, kebanyakan mengendarai sepeda motor.
Djoko Setijowarno, Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Pusat, mengatakan, sepeda motor banyak dipilih karena mereka yang mudik umumnya merupakan kelas masyarakat menengah ke bawah.
Baca juga: Arus Mudik 2020, Tercatat 465.000 Kendaraan Meninggalkan Jakarta
Sementara, mayoritas kendaraan umum dibatasi, pilihan yang tersedia tentu menggunakan kendaraan pribadi. Dan kendaraan yang paling terjangkau dan banyak dimiliki mereka adalah motor.
“Pemudik ini didominasi kelompok masyarakat yang bekerja di sektor informal berpenghasilan harian. Tabungan semakin menipis, sementara tempat mata pencaharian belum menunjukkan aktivitas nyata,” ujar Djoko, dalam keterangan tertulis (25/5/2020).
Ia juga mengatakan, pilihan menggunakan sepeda motor menurutnya merupakan dampak dari kebijakan industri sepeda motor yang sudah berlebihan. Kebijakan sepeda motor di Indonesia selama ini harus dievaluasi dan dikaji ulang.
Baca juga: Cara Mengoperasikan Transmisi Mobil Manual yang Benar untuk Pemula
“Apalagi nanti memasuki era normal baru (the new normal) di sektor transportasi, sepeda motor merupakan kendala bagi Indonesia untuk menciptakan kehidupan bermobilitas baru,” kata Djoko.
Sebab era normal baru, menurutnya harus mengistimewakan transportasi umum yang ditopang keberadaan jalur sepeda dan fasilitas pejalan kaki untuk pergerakan jarak pendek.
“Jika kapasitas sepeda motor masih seperti sekarang tanpa batasan dan pemerintah tidak mengontrol ketat, niscaya akan selalu mengganggu setiap kebijakan pemerintah dalam hal mengelola transportasi,” tuturnya.
Baca juga: Berbahayakah Tinggalkan Hand Sanitizer di Kabin Mobil?
Djoko menambahkan, upaya pemerintah untuk mencegah warga Jabodetabek tidak melakukan mudik mengalami kegagalan.
Pengawasan transportasi umum dianggap masih kecolongan, belum lagi warga pemilik kendaraan pribadi yang mudik lewat jalan-jalan tikus, dan tidak taat aturan seperti tidak membawa surat keterangan sehat.
“Selain keterbatasan personel untuk melakukan pencegahan, juga tingkat kesadaran masyarakat masih sangat rendah terhadap bahaya penyeberan virus vorona di masa pandemi ini,” ucap Djoko.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.