Tangerang, KompasOtomotif – Puluhan Mobil Morris dihadirkan adalam acara "Indonesia 1st Mini Day" yang digelar di MaxxBox Lippo Karawaci, Tangerang, Banten, Sabtu (9/12/2017) lalu. Warna-warninya sangat meriah dan beberapa di antaranya tampil beda karena ubahan yang dilakukan tidak biasa.
Misalnya mobil milik Bangbang Sudrajat. Mobil Mini Cooper buatan Tahun 1979 miliknya ini lebih kecil dari Mini Cooper pada umumnya. Sebab, ia memodifikasi dengan memotong 60 sentimeter bagian tengah mobil. Sehingga ukurannya “super mini” jika dibandingkan Mini Cooper pada umunya yang panjangnya sekitar 3 meter.
“Bodi dipotongin, dipendekin sekitar 60 cm, bagian tegahnya dibuang. Mesin masih orisinil. Cuma bodinya saja dipotong, interior juga orisinil,” kata pria asal Bandung, Jawa Barat yang akrab disapa Gobang tersebut.
Baca juga : Kumpul Penggemar Mini Cooper Tingkat Nasional Digelar
Pada bagian mesin dan interior, Iyos berupaya mengembalikan ke wujud aslinya. Warna putih dipakai agar terlihat lebih elegan.
“Basicnya Morris Mini Cooper dua unit mobil dijadikan satu, tapi kepalanya di buang satu. Ini kan jarang yang bikin makanya saya bikin Limousin, jadinya unik, enggak ada yang punya,” kata Iyos.
Baca juga : Klub Mini Cooper Deklarasikan Asosiasi Tingkat Nasional
“Ini punya kakek saya, Morris Minor Travel tahun ’54. Memang aslinya kayu, tapi karena sudah lama kayunya kan rapuh, jadi ini sudah diperbaiki,” kata pria yang akrab disapa Ale tersebut.
Adapun bagian kayu tersebut dibuatkan oleh seorang pengrajin asal Jepara. Ale mengatakan, kakeknya hanya mengirimkan gambar dengan rincian ukuran dari bagian-bagian yang dibutuhkan, seperti bodi samping dan bagian pintu belakang. Sementara pemasangan dilakukan sendiri di rumahnya.
Baca juga : Morris Mini, Dirancang Karena Krisis Suez, Terkenal Berkat Mr Bean
Meskipun kental nuansa Jawa, cita rasa nasionalisme juga dituangkan Soeneo pada mobilnya tersebut. Bagian atap diwarnai merah putih seperti bendera yang tengah berkibar. Bagi Soenoe, penggambaran punakawan mengingatkan dirinya bahwa hakikat manusia adalah pelayan.
“Punokawan, karena semua orang itu sebenarnya adalah pelayan, itu prinsip saya. Jadi kita harus menjadi pelayan. Dalam kehiudpan itu kan kita harus saling melayani. Dengan melayani kita akan mendapat segalanya, orang bercerita kita dengarkan. Jadi manusia ibaratnya pelayan,” kata pria asal Yogyakarta tersebut.
Baca juga : Awal Mula Jakarta Morris Club
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.