Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Deretan Mini Nyentrik di "Indonesia 1st Mini Day"

Kompas.com - 12/12/2017, 11:02 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

Tangerang, KompasOtomotif – Puluhan Mobil Morris dihadirkan adalam acara "Indonesia 1st Mini Day" yang digelar di MaxxBox Lippo Karawaci, Tangerang, Banten, Sabtu (9/12/2017) lalu. Warna-warninya sangat meriah dan beberapa di antaranya tampil beda karena ubahan yang dilakukan tidak biasa.

Misalnya mobil milik Bangbang Sudrajat. Mobil Mini Cooper buatan Tahun 1979 miliknya ini lebih kecil dari Mini Cooper pada umumnya. Sebab, ia memodifikasi dengan memotong 60 sentimeter bagian tengah mobil. Sehingga ukurannya “super mini” jika dibandingkan Mini Cooper pada umunya yang panjangnya sekitar 3 meter.

“Bodi dipotongin, dipendekin sekitar 60 cm, bagian tegahnya dibuang. Mesin masih orisinil. Cuma bodinya saja dipotong, interior juga orisinil,” kata pria asal Bandung, Jawa Barat yang akrab disapa Gobang tersebut.

Baca juga : Kumpul Penggemar Mini Cooper Tingkat Nasional Digelar

Mini Cooper “Limousin” milik iyos pada acara Indonesia 1st Mini Day yang digelar di MaxxBox Lippo Karawaci, Tangerang, Banten, Sabtu (9/12/2017).Fachri Fachrudin Mini Cooper “Limousin” milik iyos pada acara Indonesia 1st Mini Day yang digelar di MaxxBox Lippo Karawaci, Tangerang, Banten, Sabtu (9/12/2017).
Selain Gobang, mobil milik Iyos juga menggoda mata. Pasalnya, ia mengubah Mini Cooper miliknya menjadi “limousin”. Ubahan dilakukan dengan menyatukan dua Mini Cooper menjadi satu. Sehingga pada bagian tengahnya lebih panjang.

Pada bagian mesin dan interior, Iyos berupaya mengembalikan ke wujud aslinya. Warna putih dipakai agar terlihat lebih elegan.

“Basicnya Morris Mini Cooper dua unit mobil dijadikan satu, tapi kepalanya di buang satu. Ini kan jarang yang bikin makanya saya bikin Limousin, jadinya unik, enggak ada yang punya,” kata Iyos.

Baca juga : Klub Mini Cooper Deklarasikan Asosiasi Tingkat Nasional

Morris Minor Travel Tahun 1954 yang dibawa Ali Muhammad Assegaf pada acara Indonesia 1st Mini Day yang digelar di MaxxBox Lippo Karawaci, Tangerang, Banten, Sabtu (9/12/2017).Fachri Fachrudin Morris Minor Travel Tahun 1954 yang dibawa Ali Muhammad Assegaf pada acara Indonesia 1st Mini Day yang digelar di MaxxBox Lippo Karawaci, Tangerang, Banten, Sabtu (9/12/2017).
Lain halnya dengan mobil yang dibawa oleh Ali Muhammad Assegaf. Mobil Morris Minor buatan Tahun 1954 ini diupayakan mempertahankan bentuk aslinya. Sangat unik jika melihatnya, karena pada bagian belakang mobil tersebut menggunakan elemen kayu.

“Ini punya kakek saya, Morris Minor Travel tahun ’54. Memang aslinya kayu, tapi karena sudah lama kayunya kan rapuh, jadi ini sudah diperbaiki,” kata pria yang akrab disapa Ale tersebut.

Adapun bagian kayu tersebut dibuatkan oleh seorang pengrajin asal Jepara. Ale mengatakan, kakeknya hanya mengirimkan gambar dengan rincian ukuran dari bagian-bagian yang dibutuhkan, seperti bodi samping dan bagian pintu belakang. Sementara pemasangan dilakukan sendiri di rumahnya.

Baca juga : Morris Mini, Dirancang Karena Krisis Suez, Terkenal Berkat Mr Bean

Dedengkot Jakarta Morris Club (JMC), Soenoe Harmanto, mengaplikasikan nilai filosofis pada wayang ke dalam Mini Cooper miliknya.Fachri Fachrudin Dedengkot Jakarta Morris Club (JMC), Soenoe Harmanto, mengaplikasikan nilai filosofis pada wayang ke dalam Mini Cooper miliknya.
Sementara itu, dedengkot Jakarta Morris Club (JMC), Soenoe Harmanto, memodifikasi mobil Mini Cooper miliknya dengan sederhana, namun sarat nilai flosofis. Mini Cooper miliknya itu dikelir ulang seperti warna aslinya, yakni hijau dan dipadukan tokoh-tokoh punakawan pada bagian bodi samping. Selain itu, bagian kap mesin mobil pun tak luput dari sentuhan bernuansa Jawa. Soenoe menghiasinya dengan gambar Gunungan Wayang.

Meskipun kental nuansa Jawa, cita rasa nasionalisme juga dituangkan Soeneo pada mobilnya tersebut. Bagian atap diwarnai merah putih seperti bendera yang tengah berkibar. Bagi Soenoe, penggambaran punakawan mengingatkan dirinya bahwa hakikat manusia adalah pelayan.

“Punokawan, karena semua orang itu sebenarnya adalah pelayan, itu prinsip saya. Jadi kita harus menjadi pelayan. Dalam kehiudpan itu kan kita harus saling melayani. Dengan melayani kita akan mendapat segalanya, orang bercerita kita dengarkan. Jadi manusia ibaratnya pelayan,” kata pria asal Yogyakarta tersebut.

Baca juga : Awal Mula Jakarta Morris Club

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com