Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cara Adaptasi Pebalap MotoGP saat Wet Race

JAKARTA, KOMPAS.com - Idealnya, balapan MotoGP digelar dalam kondisi trek yang kering atau cuaca yang cerah. Namun, tak menutup kemungkinan dalam satu musim ada balapan yang digelar dalam kondisi basah atau wet race.

Saat balapan terpaksa digelar dalam kondisi tersebut, tim balap pun harus melakukan penyesuaian atau adaptasi. Bukan hanya pebalapnya saja, tapi motor juga harus disesuaikan.

Menurut sebagian pebalap, balapan dalam kondisi wet race adalah seni yang rumit yang tidak semua orang bisa menguasainya. Tapi, semua pebalap setuju bahwa dalam wet race, risiko yang dijalani pun berlipat ganda.

"Di wet race, perbedaan utamanya cukup jelas. Anda harus bisa membalap lebih halus, dengan kemiringan yang lebih rendah, lebih hati-hati dengan gas, dan khususnya dengan rem. Tapi, tidak berarti Anda tidak bisa melaju sangat kencang," ujar Dani Pedrosa, dikutip dari Boxrepsol.com.

Saat balapan di trek kering, batasannya hanya ada dua, motor yang digunakan sepanjang akhir pekan dan diri sendiri. Tapi, ketika wet race, batasan tersebut jadi tidak jelas, dan di situlah letak risikonya.

"Ban depan yang paling penting dalam kondisi basah, karena itu yang memberikan Anda percaya diri," kata Pedrosa.

Pedrosa menambahkan, hilangnya traksi pada ban belakang juga sering terjadi. Sebab, Anda tidak pernah tahu batasan seberapa besar gas harus dibuka sampai Anda merasa takut.

Untuk itu, elektronik memainkan peran yang sangat penting dalam kondisi tersebut. Sehingga, respons mesin bisa disesuaikan, dibuat lebih halus, dan dengan distribusi tenaga yang lebih progresif.

Kontrol traksi adalah salah satu komponen elektronik yang sangat berpengaruh. Fitur ini yang membantu pebalap mengontrol reaksi motor di saat kondisi trek tidak memberikan grip yang bagus atau sering tergelincir.

Pengereman tak kalah penting dalam kondisi wet race. Sebelumnya, saat kondisi trek basah, motor MotoGP akan menggunakan rem cakram dari baja. Sebab, rem karbon tidak dapat bekerja dengan baik dalam temperatur yang rendah karena terkena air.

Berkat kemajuan teknologi, sekarang rem cakram karbon tetap digunakan dalam kondisi trek basah sekalipun. Motor MotoGP akan menggunakan penutup pada bagian rem cakram untuk menjaga temperaturnya tidak menurun drastis.

Tidak semua yang menempel pada motor MotoGP merupakan komponen canggih. Salah satu komponen sederhana yang dapat ditemukan adalah lakban. Lakban digunakan untuk menutupi kisi-kisi pelindung radiator saat wet race. Sebab, air yang mengenai radiator dapat menurunkan temperatur mesin dan memengaruhi performanya.

Adaptasi terakhir pada motor dilakukan pada bagian suspensi. Pengaturan suspensi untuk trek kering dan trek basah berbeda. Pada wet race, suspensi dibuat lebih empuk. Dengan begitu, motor tidak memberikan banyak tekanan pada ban.

Pada kondisi kering, feeling dengan ban depan sangat penting. Tapi saat wet race, pengaturan lebih diutamakan pada bagian belakang sasis. Sehingga, pebalap lebih mudah mengendalikan motor dan grip ban depan tidak begitu kritis saat masuk tikungan.

Untuk pebalapnya sendiri, semua perlengkapannya disesuaikan, mulai dari helm, baju balap atau wearpack, sarung tangan, hingga sepatu bot. Kaca helm atau visor disemprot dengan cairan khusus. Sehingga, air hujan yang mengenai visor tidak akan menetap yang bisa mengurangi visibilitas. Di bagian dalam visor, terdapat pinlock untuk mencegah terjadinya pengembunan.

Baju balap juga dilapisi dengan lapisan waterproof. Tujuannya adalah agar perlengkapan berkendara pebalap yang berpori-pori tersebut tidak menyerap air yang dapat membuat bobotnya bertambah secara signifikan.

https://otomotif.kompas.com/read/2021/02/01/120200415/cara-adaptasi-pebalap-motogp-saat-wet-race

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke