JAKARTA, KOMPAS.com - Satu bulan lebih sejak perluasan ganjil genap digulirkan pada 9 September 2019, kondisi kualitas udara di Jakarta dinilai Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) masih belum signifikan sampai saat ini.
Namun kabar tersebut ditepis oleh Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) DKI Jakarta Syafrin Liputo. Menurut Syafrin, dari hasil evaluasi satu bulan, telah terjadi penurunan polusi udara sampai dengan 20 persen.
"Kualitas udara membaik, turun 22 persen tingkat kekotorannya. Paling signifikan lagi dari segi volume kendaraan yang juga perlahan mulai menurun," kata Syafrin, Selasa (15/10/2019).
Menurut Syafrin, dari hasil kajian sementara, jumlah kendaaran menjadi turun hingga 29,82 persen sejak pemberlakukan perluasan ganjil genap di implementasi secara penuh.
Sementara itu, dampak lain yang terasa adalah dari tingkat rata-rata kecepatan yang juga ikut terkerek naik. Bila sebelumnya rata-rata kecepatan kendaraan 25 kpj, kini mencapai 28,44 kpj, bahkan pada waktu tertentu bisa 29 kpj.
"Berdasarkan hasil evaluasi kami trennya positif, nanti kita akan lakukan kajian menyuluruh di setiap koridor ganjil genap, rencanya enam bulan lagi. Kita akan lihat dampak dan hasilnya sepeti apa, lalu apakah nanti perlu ada revisi lagi atau tidak," ujar Syafrin.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif KPBB Ahmad Safrudin, mengatakan bila dihitung dari kontributor polutan yang dikeluarkan kendaraan bermotor di wilayah Jakarta per hari, mobil pribadi (tidak termasuk taksi) hanya menyumbang sekitar 16 persen, dari total 19.350 ton polutan.
"Jika diambil rata-rata pengurangan volume mobil karena ada pembatasan ganjil genap, dalam kondisi optimal pengurangan polutannya itu maksimal hanya 25 persen. Namun saat ini, saya rasa masih di bawah itu," kata Ahmad.
https://otomotif.kompas.com/read/2019/10/16/164200915/perluasan-ganjil-genap-dinilai-belum-efektif-ini-komenter-dishub