JAKARTA, KOMPAS.com - Lamanya pengisian daya merupakan salah satu aspek yang dianggap menghambat adopsi mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV) sebagai transportasi harian.
Apalagi tempat pengisian daya melalui Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) masih terbatas pada titik tertentu. Sehingga, masyarakat kerap ragu untuk melakukan pembelian.
Ketua Umum Komunitas Mobil Elektrik Indonesia (Koleksi), Arwani Hidayat menyatakan bahwa sebetulnya dalam menggunakan BEV, tidak perlu setiap hari diisi daya.
Baca juga: Begini Cara Turis Asing Bikin SIM Internasional di Indonesia
"Saya sudah pakai Hyundai Kona EV selama tiga tahun, dan kalau untuk perjalanan harian dari rumah ke kantor, sebetulnya tidak perlu setiap hari dicas," katanya kepada Kompas.com, Kamis (1/2/2024).
Sebab, saat ini jarak tempuh mobil listrik atau BEV sudah cukup jauh sampai 500 kilometer (km). Maka, dengan asumsi perjalanan harian 50 km, pemilik hanya isi daya setidaknya seminggu sekali.
"Namun untuk memastikan perjalanan tetap aman memang baiknya ketika sampai di titik tertentu dan mobil akan ditinggal lama, sambil dicas aja," ucap Arwani.
Baca juga: Masa Depan Mobil Hybrid Terancam BEV, Harga Sudah Kalah Murah
"Harus dipahami bahwa melakukan pengisian daya mobil listrik itu, butuh proses seperti handphone. Namun kalau sudah memakai BEV, penyesuaian tersebut tak membutuhkan waktu yang lama," ujarnya lagi.
Sehingga, kata Arwani lagi, ketika kendaraan ingin dipakai jarak jauh atau keluar kota, pemilik perlu memetakan lokasi charging station alias SPKLU-nya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.