Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dasar Hukum dan Bahaya Menerobos Lampu Merah

Kompas.com - 17/10/2023, 14:12 WIB
Selma Aulia,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menerobos lampu merah mejadi salah satu bentuk pelanggaran yang kerap dijumpai di jalan raya, padahal tindakan ini sangat berisiko tinggi.

Sebagai informasi, lampu merah merupakan sistem lalu lintas yang dirancang untuk mengatur arus kendaraan dan pejalan kaki. Jika melanggar dapat memiliki konsekuensi serius seperti kecelakaan, cedera, atau bahkan kematian.

Budiyanto, pemerhati masalah transportasi dan hukum mengatakan, ada dua alasan yang menjadi latar belakang seseorang menerobos lampu merah, yaitu kesempatan di mana jalan sepi dan karena arogan atau dorongan adrenalin.

Baca juga: Perlu Diingat, Berhenti di Lampu Merah Bukan untuk Istirahat

terobos lampu merahKompas.com/Fathan Radityasani terobos lampu merah

“Apapun alasannya menerobos lampu merah tidak dibenarkan karena berpotensi kecelakaan lalu lintas,” ungkap Budiyanto beberapa waktu lalu.

Sementara itu, Jusri Pulubuhu Founder & Training Director Jakarta Defensive Driving and Consulting (JDDC) mengatakan, pengendara yang menerobos lampu lalu lintas di persimpangan, sangat mengabaikan keselamatan diri sendiri dan orang lain.

“Itu sudah pelanggaran lalu lintas. Rugi satu hingga dua menit berhenti di lampu merah apa salahnya, demi keselamatan bersama. Perlu di garis bawahi, lampu merah diciptakan untuk mengatur arus kendaraan agar tidak saling tabrakan,” ungkap Jusri belum lama ini.

Baca juga: Cara Aman Berhenti di Lampu Merah, Biar Tidak Tertabrak dari Belakang

Pengguna jalan berhenti di lampu merah Simpang Tugu Bank Aceh yang diselimuti kabut asap di Jalan Merdeka, Kota Lhokseumawe, Senin (23/9/2019)KOMPAS.com/MASRIADI Pengguna jalan berhenti di lampu merah Simpang Tugu Bank Aceh yang diselimuti kabut asap di Jalan Merdeka, Kota Lhokseumawe, Senin (23/9/2019)

Perlu diingat, pengguna jalan harus mematuhi aturan yang berkaitan dengan alat pemberi isyarat lalu lintas atau Apil, diatur pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 mengenai Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Apil memiliki fungsi sebagai pengatur lalu lintas dan kendaraan di persimpangan atau ruas jalan tertentu. Ini menggunakan perangkat elektronik termasuk isyarat lampu yang dapat dilengkapi bunyi.

Pada pasal 106 ayat 4 huruf c berbunyi:

Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib mematuhi ketentuan alat pemberian isyarat lalu lintas (Apil)

Kemudian, untuk pidana atau sanksi diatur pada pasal 287 ayat 2, yang berbunyi :

Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang melanggar aturan perintah atau larangan yang dinyatakan dengan alat pemberi isyarat lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat 4 huruf c dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp 500.000 (lima ratus ribu rupiah).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com