Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Kecelakaan Cibubur, Hindari Tabrak Belakang di Persimpangan

Kompas.com - 19/07/2022, 07:02 WIB
Agung Kurniawan

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Kecelakaan di Cibubur yang terjadi merupakan tabrak belakang oleh truk tangki pengangkut BBM. Para pengendara motor atau mobil yang tengah berhenti di belakang lampu merah kemudian menjadi korban, hingga 11 nyawa harus melayang.

Pihak kepolisian masih menyelidiki proses kejadian, sampai artikel ini diturunkan. Meskipun menciptakan pilu, tapi sebagai manusia tetap harus mengambil pelajaran dari kejadian ini.

Terutama bagi pengemudi mobil atau motor yang mau berhenti di persimpangan lampu merah.

Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, dasar pemikiran seluruh pengguna kendaraan itu harus sama, yaitu jalan adalah lingkungan yang tidak pernah aman.

Baca juga: Kecelakaan Cibubur, Tabrak Truk dari Belakang Akan Terus Terulang

“Buktinya, kendaraan yang lagi berhenti (di lampu merah) saja bisa jadi korban kecelakaan, padahal patuh lalu lintas, tidak ngebut, atau melanggar peraturan,” kata Jusri kepada Kompas.com, Senin (18/7/2022).

Dengan memegang teguh dasar pemikiran kalau jalan tidak pernah aman, maka perilaku waspada dan konsentrasi tinggi akan selalu dijaga ketika mengendarai kendaraan.

Jusri menjelaskan, misalnya dalam 200-300 meter sudah terlihat ada persimpangan dengan lampu merah menyala. Pegendara bisa mulai memperlambat laju kendaraan sampai titik aman untuk berhenti.

“Sebelum berhenti, lakukan pengecekan spion. Kanan, kiri, dan tengah kalau pada mobil,” ucap Jusri.

Baca juga: Kecelakaan Maut Truk BBM di Cibubur, Pertamina Akan Bertanggung Jawab


Kalau posisi mobil berhenti pada baris terdepan, masukkan gigi 1 untuk mobil manual atau tuas di “D” pada mobil matik. Jangan lengah untuk selalu pantau spion lagi, perhatikan kendaraan yang menghampiri di belakang. Level waspada juga wajib memperrhatikan kondisi lingkungan.

Berkaca dari kecelakaan di Cibubur, kondisi jalan persimpangan adalah turunan, sehingga risiko kendaraan menyelonong lebih besar, patut jadi lebih waspada.

Setelah ada dua sampai tiga mobil antre dengan baik di belakang kendaraan, ucap Jusri, baru pengemudi bisa sedikit merasa aman.

“Pasalnya kalau terjadi tabrak belakang, masih ada kendaraan lain yang memikul beban tumbukan terbesar. Pasikan juga, jangan menarik rem tangan, karena bisa fatal,” ucap Jusri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Komentar
emg masalah di pelatihan sopirnya sih. kebanyakan sopir truk gede itu mantan kernet truk jg, tau sendiri kan kebanyakan yg jd kernet truk itu org2 yg terpaksa kerja krn keadaan ekonomi, membalas komentar jon drake : kadang sopir2 truk gede itu mohon maaf intelegensinya kurang. macam anak kecil yg putus sekolah gt. beda klo diluar negeri truk gede jsutru hrs dikemudikan oleh org yg mantap gt yg pintar yg cekatan sehat dan kuat. klo disini org hebat kagak mau bawa truk. dianggap hina.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Negara-negara Eropa Menyesal Beli Jet Tempur F-35 AS, Apa Alasannya?
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau