KOMPAS.com – Beberapa tahun terakhir, sejumlah pabrikan otomotif dunia berbondong-bondong menyematkan perangkat turbocharger (turbo) pada mesin mobil keluaran terbaru.
Sebagai informasi, teknologi turbo diciptakan oleh insinyur asal Swiss, Alfred Buchi. Teknologi tersebut diklaim mampu mendongkrak tenaga mesin mobil sehingga dapat melaju dengan kecepatan tinggi.
Penggunaan turbocharger sebelumnya identik dengan mesin berkapasitas besar. Seiring waktu, tren tersebut perlahan bergeser. Kini, turbocharger juga dapat diaplikasikan pada mobil dengan mesin berkubikasi kecil.
Lantas, apa saja keuntungan teknologi turbo pada mobil dengan mesin kecil?
Baca juga: Ternyata Ini Rahasia Mesin Berkapasitas Kecil tapi Bisa Punya Tenaga Besar
Mobil dengan mesin berkubikasi kecil yang dibekali peranti turbocharger dapat menyemburkan tenaga lebih besar jika dibandingkan mesin nonturbo dengan cylinder capacity (cc) yang sama, bahkan yang lebih besar.
Sebagai contoh, mesin berkubikasi 1.000 cc dengan turbocharger mampu menghasilkan tenaga hingga mencapai 98 tenaga kuda (tk) pada 6.000 rpm dan torsi 140 Nm pada 2.400-4.000 rpm.
Tanpa komponen turbo, mesin berkubikasi seliter biasanya hanya bisa mengeluarkan tenaga sebesar 65 tk dan torsi 88Nm.
Berkat turbocharger, mesin tersebut bahkan lebih unggul 10 tk dibandingkan mesin berkapasitas 1.200 cc yang hanya bertenaga 88 tk dan torsi 107 Nm.
Baca juga: Sejarah Teknologi Mesin Turbo, Dipakai sejak Era Perang Dunia hingga Kini
Peningkatan signifikan tersebut dihasilkan oleh kinerja turbocharger yang memanfaatkan energi panas pada gas sisa pembakaran mesin untuk memutar turbin.
Gas buang tersebut kemudian dilewatkan ke sebuah turbin untuk diubah menjadi energi mekanis putaran poros.
Selanjutnya, kompresor yang berada satu poros dengan turbin akan memanfaatkan energi mekanis untuk menyediakan lebih banyak udara ke dalam ruang bakar.
Alhasil, kompresi dan tekanan udara pada ruang bakar meningkat. Hal inilah yang memberikan tenaga ekstra pada kendaraan.
Baca juga: Ingin Punya Mobil Ramah Lingkungan? Berikut 4 Mesin Mobil yang Bisa Kamu Pilih
Secara teori, perangkat turbo yang dipasang secara tepat dan presisi mampu meningkatkan efisiensi konsumsi bahan bakar.
Seperti yang telah disinggung tadi, pada dasarnya, perangkat turbocharger bekerja dengan mendaur ulang gas buang yang dihasilkan mesin.
Gas buang tersebut digunakan untuk meningkatkan rasio kompresi pada dapur pacu sehingga dapat mengefisienkan pembakaran. Alhasil, bahan bakar yang digunakan pun bisa dihemat.
Pada mesin diesel, turbocharger dapat mengefisienkan penggunaan bahan bakar hingga 40 persen. Sementara, pada mesin berbahan bakar bensin mencapai 20 persen.
Baca juga: Jangan Salah, Ini Beda Mobil PHEV, HEV dan BEV
Untuk menyelisik bagaimana turbocharger mampu meningkatkan efisiensi bahan bakar kendaraan mesin kecil, perbandingannya dapat dilihat antara mobil 1.500 cc yang dibenami turbocharger dan mesin naturally aspirated (N/A) alias nonturbo.
Mengutip otomotifnet, Kamis (18/6/2020), sebuah percobaan yang dilakukan terhadap mesin turbocharger berkapasitas 1.500 cc di area dalam kota menunjukkan, dapat menempuh jarak 12,3 kilometer dengan menggunakan seliter bahan bakar.
Sementara, mobil dengan mesin 1.500 cc nonturbo hanya menempuh jarak sekitar 10 km untuk takaran bahan bakar sama.
Meski demikian, tingkat efisiensi bahan bakar yang dihasilkan setiap mobil juga tergantung pada cara mengemudi dan kondisi jalan yang dilewati.
Baca juga: Ragam Teknologi Mobil Listrik yang Ada di Indonesia
Melansir artikel John Michael berjudul “What Are the Benefits of Turbo Engines?” yang dimuat di itstillruns.com, peranti turbocharger pada mobil berkubikasi kecil ternyata berpengaruh terhadap suara yang dihasilkan. Saat melaju di jalanan, suara kendaraan jadi lebih halus.
Hal tersebut dikarenakan turbocharger bertindak sebagai peredam tambahan sehingga mampu menurunkan kebisingan suara dari mesin.
Dengan begitu, polusi suara yang berasal dari kendaraan bisa diminimalisasi.
Pada umumnya, untuk menghasilkan tenaga yang besar, mesin kendaraan memiliki ukuran yang besar, baik dari segi kubikasi maupun jumlah silinder.
Baca juga: Banyak yang Belum Paham Perbedaan Mobil BEV, HEV dan PHEV
Namun, ukuran mesin jumbo memerlukan ruang penyimpanan yang besar pula. Selain itu, bobot mesin berukuran besar juga turut menambah berat mobil.
Keberadaan peranti turbocharger bisa mengatasi masalah ruang penyimpanan mesin maupun berat mobil.
Pasalnya, perangkat turbo dapat mendongkrak tenaga tanpa menambah bobot mobil. Dengan tambahan turbocharger, jumlah silinder maupun kubikasi mesin tak perlu besar untuk menghasilkan jumlah tenaga yang besar.
Turbocharger yang hanya terdiri dari dua bagian utama, yakni turbin dan kompresor, juga tidak membutuhkan ruang luas. Alhasil, berat mobil jadi lebih ringan dari mobil nonturbo dengan besaran tenaga yang sama.
Baca juga: Deretan Mobil Listrik dan Hybrid di Indonesia, Paling Murah Rp 400 Jutaan
Manfaat lain teknologi turbocharger yang tak kalah penting adalah rendah emisi.
Dikutip dari AntaraNews, Rabu (29/3/2017), Direktur Pemasaran dan Strategi Perusahaan PT Honeywell Indonesia, Dharma Simorangkir mèngatakan, angka emisi gas buang yang dihasilkan mesin turbo lebih kecil, yaitu mencapai 80 gram/km.
Angka tersebut lebih kecil dari ketentuan regulasi gas buang sebesar 125 gram/km, berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor.
Karena itu, mobil dengan peranti turbocharger diklaim lebih ramah lingkungan. Dengan begitu, pengguna kendaraan bermesin turbocharger bisa ikut membantu mengurangi emisi berbahaya.
Sebagai informasi, emisi gas buang yang dihasilkan kendaraan tergantung pada bahan bakar minyak (BBM) yang digunakan. Korelasinya ada pada rasio kompresi mesin dan angka oktan.
Baca juga: Sudah Kenal Mesin Turbo, Tapi Sudah Tahu Apa Itu Intercooler?
Nah, itulah 5 manfaat teknologi turbo pada mobil berkubikasi kecil. Jadi, bagaimana? Tertarik menjajal mobil berkubikasi kecil bermesin turbo?