KOMPAS.com – Mobil dengan mesin berkapasitas besar kerap diidentikan memiliki tenaga besar. Begitu pun sebaliknya, mobil bermesin kecil dianggap hanya punya tenaga kecil.
Pada dasarnya, anggapan seperti itu memang tak salah. Namun, kubikasi mesin sebenarnya bukan satu-satunya faktor yang memengaruhi tenaga yang dikeluarkan.
Sebagai contoh, mesin berkubikasi 1.000 cc bisa menyemburkan tenaga hingga mencapai 98 tenaga kuda (tk) pada 6.000 rpm dan torsi 140 Nm pada 2.400-4.000 rpm. Mesin ini unggul 10 tk dibandingkan mesin berkapasitas 1.200 cc yang hanya bertenaga 88 tk dan torsi 107 Nm.
Tenaga ekstra pada mesin 1.000 cc tersebut ternyata dihasilkan oleh komponen turbocharger. Komponen ini dapat mendongkrak tenaga di mesin kecil sekaligus membuat konsumsi bahan bakar lebih efisien.
Baca juga: Sejarah Teknologi Mesin Turbo, Dipakai sejak Era Perang Dunia hingga Kini
Lantas, mengapa turbocharger bisa mendongkrak tenaga dan mengefisienkan konsumsi bahan bakar?
Sebagai informasi, mesin mobil dan turbocharger pertama kali diterapkan pada mesin diesel. Dari uji coba ini, ternyata perubahan yang dihasilkan cukup signifikan, baik dari sisi tenaga, kadar emisi, maupun konsumsi bahan bakar.
Berkaca dari keberhasilan itu, turbocharger akhirnya dibenamkan pada mesin mobil berbahan bakar bensin.
Adapun turbocharger memiliki dua buah turbin yang terletak pada satu poros. Turbin pertama disebut drive turbin yang berfungsi sebagai pemutar. Sementara, turbin kedua dinamakan driven turbin karena diputar oleh turbin pertama.
Drive turbin terletak di bagian tengah aliran udara (gas buang) yang membuat turbin berputar.
Baca juga: Ingin Punya Mobil Ramah Lingkungan? Berikut 4 Mesin Mobil yang Bisa Kamu Pilih
Mesin turbocharger bekerja dengan memanfaatkan energi panas pada gas buang.
Gas buang tersebut kemudian dilewatkan ke sebuah turbin untuk diubah menjadi energi mekanis putaran poros.
Selanjutnya, kompresor yang berada satu poros dengan turbin akan memanfaatkan energi mekanis untuk menyediakan lebih banyak udara ke dalam ruang bakar.
Alhasil, kompresi dan tekanan udara pada ruang bakar meningkat. Hal inilah yang memberikan tenaga ekstra pada kendaraan.
Baca juga: Jangan Salah, Ini Beda Mobil PHEV, HEV dan BEV
Contohnya saja mobil bermesin 1.000 cc dengan turbocharger seperti yang telah disinggung tadi. Tanpa komponen turbo, mesin berkubikasi seliter biasanya hanya mampu menghasilkan tenaga sebesar 65 tk dan torsi 88 Nm.
Ketika dibekali turbo, tenaga yang dihasilkan meroket menjadi 98 tk. Torsi yang dihasilkan juga naik 60 Nm menjadi 140 Nm.
Tambahan energi tersebut didapat berkat kerja mesin turbo dengan memanfaatkan energi dari sisa pembakaran mesin yang digunakan untuk memutar turbin.
Turbin kemudian akan memutar sisi kompresor dari turbo. Cara kerja inilah yang menjadikan mobil dengan teknologi turbo memiliki torsi besar.
Baca juga: Ragam Teknologi Mobil Listrik yang Ada di Indonesia
Tenaga tersebut akan mulus disalurkan ke roda bila mesin dibekali teknologi continuously variable transmission (CVT). Pasalnya, CVT dapat menyesuaikan perubahan kecepatan dan torsi kendaraan dengan rasio tepat.
Dengan demikian, percepatan yang dihasilkan lebih konstan dan bebas entakan. Penumpang akan merasa lebih nyaman saat menempuh perjalanan yang cukup jauh.
Di samping meningkatkan tenaga dan torsi kendaraan, teknologi turbo juga diketahui mampu menghemat bahan bakar. Itulah sebabnya teknologi turbo diklaim sebagai salah satu perangkat kendaraan ramah lingkungan.
Dalam uji coba yang sama, mobil bermesin 1.000 cc dengan turbo mampu menempuh jarak 18,6 kilometer (km) dengan bensin 1 liter.
Baca juga: Banyak yang Belum Paham Perbedaan Mobil BEV, HEV dan PHEV
Sementara, mobil dengan mesin 1.200 cc dan tenaga yang lebih kecil, rasio bahan bakarnya tercatat 15,1 km/liter.
Dari perbandingan tersebut, mesin turbo 1.000 cc dapat menghasilkan tenaga yang lebih besar dan lebih efisien bahan bakar ketimbang mesin 1.200 cc.
Meski demikian, tingkat efisiensi bahan bakar yang dihasilkan setiap mobil berbeda-beda, tergantung dari cara mengemudi dan kondisi jalan yang dilewati.
Selain hemat bahan bakar, manfaat lain dari teknologi turbocharger adalah rendah emisi.
Baca juga: Deretan Mobil Listrik dan Hybrid di Indonesia, Paling Murah Rp 400 Jutaan
Secara garis besar, emisi gas buang yang dihasilkan mesin turbo lebih sedikit, yaitu mencapai 80 gram/km. Angka ini lebih kecil dari ketentuan regulasi gas buang sebesar 125 gram/km.
Untuk diketahui, emisi gas buang yang dihasilkan tergantung pada bahan bakar minyak (BBM) yang digunakan karena berkorelasi dengan rasio kompresi mesin dan angka oktan.
Dengan kelebihan-kelebihan tersebut, teknologi turbo pada mobil akan menjadi tren baru untuk mesin berkubikasi kecil. Selain punya tenaga ekstra dan efisien bahan bakar, teknologi turbo juga dapat menghasilkan emisi gas buang yang lebih kecil dari ketentuan regulasi.
Jadi, bagaimana? Mulai tertarik melirik mobil bermesin turbo?