Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengemudi Bus yang Kebut-kebutan, Minim Soft Skill

Kompas.com - 08/03/2021, 10:02 WIB
Muhammad Fathan Radityasani,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.comJalan tol yang ada di Pulau Jawa kerap dijadikan arena adu kecepatan para pengemudi bus AKAP. Mereka memacu kecepatan sampai maksimal, bahkan tidak jarang ada yang memakai bahu jalan untuk menyalip kendaraan lain.

Padahal jika dilihat, bus merupakan kendara dengan dimensi besar sehingga berbeda cara mengemudinya dengan mobil biasa. Belum lagi pengemudi membawa puluhan penumpang, seharusnya bisa menjaga keselamatan mereka.

Namun, walaupun membawa tanggung jawab yang besar tadi, pengemudi tetap saja mengebut di jalan tol. Lalu apa yang tetap membuat para pengemudi bus ini mengemudi dengan berbahaya atau mengebut?

Baca juga: Alternatif ke Bandung, Tol Japek II Selatan Ditargetkan Rampung 2022

Kecelakaan di Tol Cipali KM 150+300 Majalengka, Jawa Barat, Minggu (23/8/2020). Kecelakaan tersebut 4 orang meninggal dunia dan 10 luka-luka.Istimewa Kecelakaan di Tol Cipali KM 150+300 Majalengka, Jawa Barat, Minggu (23/8/2020). Kecelakaan tersebut 4 orang meninggal dunia dan 10 luka-luka.

Founder & Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting Jusri Pulubuhu mengatakan, pengemudi bus yang memiliki pengalaman berpuluh tahun mengemudi, pasti sering melihat kecelakaan di jalan, namun sampai saat ini masih belum mengerti sepenuhnya soal kemampuan.

“Pada dasarnya, skillful atau keterampilan dan pengalaman pengemudi tidak menjamin dia mengerti. Mengerti kalau mengemudikan kendaraan di jalan raya tidak hanya memerlukan keterampilan, tetapi memerlukan kemampuan,” ucap Jusri kepada Kompas.com, Sabtu (6/3/2021).

Jusri mengatakan, keterampilan mengemudi mudah didapatkan, mulai dari kebiasaan sampai pelatihan. Tetapi kemampuan pengemudi memahami dari aktivitas mengemudi itu belum tentu.

Baca juga: Resmi Pensiun, Honda Jazz Bakal Jadi Mobil Antik

“Dia terampil, tapi dia enggak tahu kalau kecepatan sekian bisa mengerem atau enggak, bisa belok atau enggak, apakah terguling atau tidak. Dia enggak tahu dan enggak paham,” kata Jusri.

Jadi yang diperlukan dari pengemudi ini yaitu soft skill, yakni kemampuan tentang pengetahuan dari apa yang dia lakukan. Kemudian dari pemahaman, cara berinteraksi, antisipasi dan empati di jalan raya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau