JAKARTA, KOMPAS.com - Saat ini, mobil bertransmisi matik sudah menjadi pilihan utama masyarakat perkotaan, dengan kondisi jalan yang kerap kali macet atau tersendat. Namun, perlu diperhatikan keduanya memiliki karakter yang berbeda.
Bicara soal mobil matik, di mana berikut adalah kesalahan yang kerap dilakukan para pengendara mobil dengan transmisi otomatis.
Service Part Division Head PT Astra Daihatsu Motor (ADM), Anjar Rosjadi, mengatakan ada beberapa kesalahan tersebut, punya efek yang negatif bagi mobil atau keselamatan berkendara.
Kesalahan yang pertama menurut Anjar, posisi transmisi tetap di D saat menunggu lampu merah. Khawatirnya ketika pengemudi lelah, injakan rem berkurang, mobil bisa berjalan tanpa diinginkan.
Baca juga: Ini Perbedaan Fitur Toyota Corolla Cross di Indonesia dan Thailand
“Berpotensi menabrak mobil di depannya,” ujar Anjar kepada Kompas.com, Kamis (6/8/2020).
Kedua, menggunakan dua kaki yang ditempatkan pada pedal rem dan gas.
“Ini berbahaya, sebab kontrol kendaraan menjadi sulit dan membuat kanvas rem cepat habis. Jadi harus membiasakan menggunakan satu kaki,” ucap Anjar.
Ketiga, ketika berkendara di kondisi jalan menurun, posisi transmisi selalu di D atau selalu di L. Rekomendasinya, biasakan mengombinasi antara posisi transmisi D dan L. Kalau selalu pakai L, kopling transmisi jadi panas.
Sementara, jika selalu D, khususnya turunan yang curam akan mengurangi adanya engine break, sehingga mobil lebih meluncur cepat dan pengereman hanya mengandalkan rem saja.
Keempat, kurang memperhatikan posisi pesneling saat parkir atau keluar parkir, dan menekan gas secara agresif.
Baca juga: Sambut Hari Kemerdekaan, Beli Peralite dan Pertamax Cashback 30 Persen
“Mereka pikir mobil maju, padahal posisi gigi mundur, karena agresif injek gasnya, mobil jadi meluncur tidak terkendali,” tutur Anjar.
Kelima, di saat menderek mobil matik, ban roda penggerak tidak diangkat atau digantung. Anjar menyebut, kondisi tersebut bisa membuat komponen dalam transmisi rusak, karena dipaksa jalan tanpa ada lubrikasi (mesin mati, pompa oli mati, sehingga tidak tersirkulasi).
Keenam, tidak mengganti oli transmisi sesuai jadwal.
“Bisa jadi keausan, karena fungsi lubrikasi di dalam transmisi tidak optimal. Sehingga bisa mengakibatkan kerusakan yang fatal pada komponen transmisi,” jelas Anjar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.