JAKARTA, KOMPAS.com – Standar emisi di Tanah Air terbilang agak tertinggal dibandingkan dengan negara lain. Saat Eropa sudah mencapai standar Euro VI dan bersiap memasuki Euro VII, Indonesia masih berada di level Euro IV (mesin bensin) dan Euro II (mesin diesel).
Tak heran jika muncul anggapan bahwa kualitas BBM di Indonesia lebih rendah dibandingkan negara-negara lain di dunia.
Meski begitu anggapan ini dibantah oleh Tri Yuswidjadjanto Zaenuri, Ahli Konversi Energi dari Fakultas Teknik dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung.
Baca juga: Aturan Baru SIKM, Wajib Tes Covid-19 Melalui CLM
Menurutnya kualitas BBM di seluruh dunia memiliki standar tersendiri. Sebagai contoh Toyota memasarkan beberapa produk untuk pasar global, maka spek mesinnya dibuat identik agar biaya produksi tidak terlalu besar.
“Sehingga pembuat mesin pasti menyerahkan pada regulasi emisi. Karena regulasi emisi sudah jelas, misal untuk Euro IV, isinya harus apa saja, parameternya sudah diatur,” ujar Yus, dalam diskusi virtual (27/6/2020).
“Jadi kalau dibilang bahan bakar kita lebih jelek daripada dunia, itu tergantung. Kita harus membandingkannya apple to apple,” katanya.
Baca juga: Penasaran Apakah Oli Mesin Bisa Basi, Ini Jawabannya
Sementara itu, soal anggapan kualitas BBM di Indonesia lebih bagus ketimbang di Amerika Serikat. Menurut Yus, hal ini karena satuan yang digunakan agak berbeda, sehingga terkesan angka RON di sana lebih rendah.
“Ada yang bilang di kita masih ada RON 88, di Amerika juga masih ada RON 88. Mereka lupa Amerika itu bukan RON, tapi AKI (Anti Knocking Index). Nah itu kan rata-ratanya berdasarkan Pon sehingga angkanya rendah, jadi ketika dirata-ratakan angkanya turun,” ucap Yus.
“Tapi kalau dihitung RON-nya tinggi di Amerika itu. Itu yang sering membuat teman-teman misleading. Dikiranya bahan bakar kita lebih jelek atau lebih bagus, sebetulnya tergantung, kita lihat saja speknya,” tuturnya.
Baca juga: Tarif Bus Damri Bandara Soetta Naik 100 Persen
Sementara itu, Nurkholis, National Technical Leader PT Toyota Astra Motor, mengatakan, produsen mobil bakal menyesuaikan spek mesin apabila terjadi perubahan standar emisi di sebuah negara.
"Bahwa ketika ada perubahan standar emisi, itu pasti ada persyaratan dari si pembuat bahan bakar kepada produsen, komponennya harus sekian-sekian saja," katanya dalam kesempatan yang sama.
"Sudah disepakati sebenarnya, jadi pasti menyesuaikan dengan produk yang dijual," ucap Nurkholis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.