Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mitos atau Fakta, Bahaya Memberi Minum pada Korban Kecelakaan?

Kompas.com - 02/06/2020, 09:22 WIB
Donny Dwisatryo Priyantoro,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat Indonesia punya sikap tolong-menolong yang tinggi, apalagi saat terjadi kecelakaan. Salah satu kebiasaan yang dilakukan adalah memberi air minum pada korban kecelakaan.

Alasannya, agar korban merasa lebih tenang. Namun, banyak rumor berembus bahwa memberikan minum kepada korban kecelakaan adalah tidak diperbolehkan. Bahkan, bisa dibilang cukup berbahaya.

Pasalnya, bisa mengakibatkan korban justru lebih parah kondisinya karena tersedak oleh air minum yang disuguhkan.

Baca juga: Mitos atau Fakta, Wanita Lebih Rentan Kecelakaan Dibanding Pria?

Perlu diketahui, efek dari kecelakaan dapat membuat detak jantung seseorang meningkat drastis atau mungkin tidak beraturan. Kondisi ini karena korban syok atau terkejut atas kejadian mendadak yang menimpanya.

Ilustrasi kecelakaan motorgas2.org Ilustrasi kecelakaan motor

Maka dari itu, memasukkan apa pun melalui mulut yang merupakan bagian dari saluran pernapasan justru berpotensi membahayakan korban.

"Bisa tersedak karena saluran pernapasannya tertutup," kata pegiat safety driving dan safety riding sekaligus Training Director dari Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu, saat dihubungi Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Jusri menambahkan, ada kemungkinan korban mengalami luka pada tubuh bagian dalam. Misalnya, cedera terjadi pada area perut. Pemberian air minum justru berpotensi memperburuk keadaan korban.

Baca juga: Cara Mudah Hindari Kecelakaan Motor di Jalan Raya

"Jika tidak memahami teknik pertolongan pertama pada korban kecelakaan, maka hal yang sebaiknya dilakukan adalah segera menghubungi pihak terkait, seperti polisi atau pihak rumah sakit terdekat. Sehingga, korban bisa segera mendapatkan penanganan yang benar," ujar Jusri.

Jusri mengatakan, data statistik menyebutkan bahwa banyak kesalahan prosedur pertolongan pertama yang dilakukan terhadap korban, sehingga kondisi korban justru semakin buruk setelah ditolong. Bahkan, beberapa di antaranya berujung pada kematian.

"Sebaiknya jangan melakukan apa-apa kalau enggak tahu teknik memberikan pertolongan pertama. Kalau sudah terdidik atau pernah mengikuti pelatihan, enggak apa-apa ikut menolong korban," kata Jusri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau