Pada tanggal 1 Januari 2025, sebuah kecelakaan tragis terjadi di Pekanbaru, Riau, yang merenggut nyawa satu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak mereka.
Insiden ini terjadi sekitar pukul 06.30 WIB ketika mereka sedang mengendarai sepeda motor dan ditabrak oleh mobil Toyota Calya.
Baca juga: Update Harga BBM Shell, Pertamina, BP AKR, dan Vivo di Awal 2025
Menurut Kasatlantas Polresta Pekanbaru, Kompol Alvin Agung Wibawa, ketiga korban meninggal dunia karena mengalami luka berat di bagian kepala.
"Ketiga korban menunggangi sepeda motor, ditabrak mobil Calya F 1817 VI yang mana pengemudinya sedang di bawah pengaruh narkoba," kata Alvin, dikutip dari Kompas.com Regional.
Pendiri dan instruktur safety riding dari Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu, menegaskan bahwa mengemudi sambil mabuk dan di bawah pengaruh narkoba adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab.
"Perilaku tersebut memberikan kualitas konsentrasi yang buruk sekali ketika mengemudi. Mengganggu konsentrasi kita dan berpengaruh pada kemampuan persepsi dan motorik," ucap Jusri kepada Kompas.com.
Baca juga: Pembangunan Pabrik BYD di Indonesia Selesai Tahun Ini
Menurut Jusri, mabuk sambil mengemudi meningkatkan risiko kecelakaan karena gangguan keterampilan motorik dan penurunan konsentrasi.
"Penurunan konsentrasi tersebut membuat waktu reaksi yang lambat, dan karena penglihatan menurun, membuat penilaian saat berkendara menjadi buruk," tambahnya.
Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana, menyatakan bahwa berkendara dalam keadaan mabuk sangat berbahaya karena pengemudi tidak memiliki kontrol penuh.
Baca juga: Bus Baru PO Barxolid Maxalmina, Pakai Bodi Max Special dari Tentrem
“Jangankan untuk mengontrol kendaraan, menjaga keseimbangan diri sendiri saja tidak bisa. Sehingga ketika pengemudi harus mengambil keputusan, responnya akan sangat lambat,” ujarnya.
Baca juga: Tantangan Industri Otomotif 2025: Insentif EV di Tengah Kebijakan Pajak Baru
Sony menjelaskan bahwa mengemudi sambil mabuk sama berbahayanya dengan mengemudi dalam keadaan mengantuk.
“Mengemudi yang mabuk atau mengantuk, setengah dari pikirannya sudah berada di bawah alam sadar. Jadi ketika menyetir, pengemudi tidak bisa membaca situasi lalu lintas yang ada di depannya,” kata Sony.
Ia menggambarkan perilaku pengemudi dalam keadaan tersebut sebagai "loss," di mana mereka hanya melaju lurus tanpa kontrol dan berhenti ketika sudah menabrak obyek di depan atau di samping mereka.
Kecelakaan yang terjadi di Pekanbaru ini menyoroti bahaya besar yang ditimbulkan oleh pengemudi yang tidak bertanggung jawab dan pentingnya kesadaran serta kewaspadaan saat berkendara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.