Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Bengkel Selalu Sarankan Ganti Aki Mobil, Padahal Bisa Dicas?

Kompas.com - 27/10/2024, 08:41 WIB
Erwin Setiawan,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

KLATEN, KOMPAS.com - Aki mobil tekor dapat mengakibatkan mobil susah starter, bahkan mogok. Itulah alasan sebagian besar bengkel menyarankan penggantian aki.

Pada kondisi tertentu, aki masih bisa dicas karena masalah utama aki tekor adalah kurangnya kapasitas dan tegangan listrik.

Keberadaan oknum bengkel nakal belakangan ini, menuntut konsumen untuk kritis menyikapi saran perbaikan yang diberikan pihak bengkel. Termasuk aki mobil yang disarankan ganti padahal masih bisa dicas.

Baca juga: Langkah Aman Jumper Aki Mobil Saat Kondisi Darurat


Iwan, pemilik bengkel mobil Iwan Motor Solo, mengatakan saran penggantian aki mobil merujuk kepada hasil pengukuran secara objektif.

“Kami pihak bengkel melihat dari parameter usia sel aki, atau bahasa lainnya usia pakai, jadi usianya bisa diperkirakan masih sanggup bertahan lama atau dalam waktu dekat bakal soak,” ucap Iwan kepada Kompas.com, Sabtu (26/10/2024).

Iwan mengatakan, tugas utama aki adalah menampung daya listrik, bukan sekadar mampu memutar motor starter. Sementara mengecas hanya akan memberikan kemampuan sementara.

Baca juga: Alasan Kenapa Bengkel Menyarankan Ganti Aki padahal Mobil Masih Kuat Starter

Ilustrasi jumper aki mobilMMKSI Ilustrasi jumper aki mobil

“Masalahnya ketika hendak digunakan menstarter, setelah mobil berhenti cukup lama, seperti parkir di mal, pagi hari di garasi dan sejenisnya, kondisi ini artinya aki sudah soak atau tak mampu menyimpan daya listrik sebagaimana mestinya,” ucap Iwan.

Dalam rangka mencegah aki tekor ketika mobil dioperasikan, menurut Iwan, aki harus diganti ketika sudah mulai terdeteksi tanda-tandanya atau memeriksanya menggunakan accu tester.

“Alat ini dapat mendeteksi kemampuan sel aki dalam menyimpan daya listrik, ketika usia pakainya sudah 40 persen, maka kami sarankan untuk segera diganti, sementara gagal starter umumnya terjadi pada level 25 persen,” ucap Iwan.

Baca juga: Tak Sengaja Minum Air Aki, Kondisi Pegawai Dishub Pasuruan Mulai Membaik

Ilustrasi aki mobilKompas.com/Dicky Aditya Wijaya Ilustrasi aki mobil

Wawan, pemilik toko aki One Aki Ceper Klaten, mengatakan ada beberapa tanda yang dapat dikenali bila aki tersebut sudah tidak bisa ditolong dan harus ganti.

“Aki tekor yang benar-benar rusak bisa karena usia pemakaian sudah habis, tanpa tanda yakni sekitar 20 bulan, bisa juga ada tanda-tandanya seperti sel mulai renggang atau naik, terminal putus, air aki keruh dan sebagainya,” ucap Wawan kepada Kompas.com, belum lama ini.

Wawan mengatakan, setiap sel pada aki bisa menghasilkan tegangan mencapai 2 volt lebih, bila jumlah sel 6 maka satu unit aki harus mampu menghasilkan 12 volt. Bila salah satunya sudah putus maka tegangan standar akan berkurang.

Baca juga: Awas Aki Mobil Overcharge Bisa Bikin Modul Elektronik Rusak

Ilustrasi jumper aki mobilMMKSI Ilustrasi jumper aki mobil

“Sel aki yang terangkat atau renggang identik dengan putus, kondisi sel ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan aki,” ucap Wawan.

Wawan mengatakan, kondisi air aki yang keruh itu merupakan tanda bahwa sel aki mengalami rontok atau sudah rusak. Seperti yang diketahui, sel aki terdiri dari bahan logam dan separator yang terbuat dari bahan isolator.

“Dicas atau dijumper bisa menolong untuk kondisi darurat, untuk starter sampai mesin hidup seharusnya bisa, tapi kemampuan aki menyimpan daya listrik tidak lama, sehingga bisa dikatakan tak layak pakai lagi,” ucap Wawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau