JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam beberapa tahun terakhir, transmisi otomatis tipe AT konvensional mulai ditinggalkan. Saat ini makin banyak mobil baru yang menggunakan transmisi matik tipe CVT.
Sesuai namanya, CVT adalah singkatan dari Continuously Variable Transmission di mana sistem kerjanya pakai sabuk mirip dengan sepeda motor matik atau skutik.
Baca juga: AHM Klaim Penerimaan Motor Listrik EM1 e: dan EM1 e: Plus Cukup Baik
Freddy Karya, supervisor Dokter Mobil (Domo) Transmisi di Kelapa Gading, Jakarta Utara, mengatakan banyak mobil baru yang menggunakan transmisi CVT untuk mengejar efisiensi bahan bakar.
"Pabrikan atau APM (agen pemegang merek) pasti melakukan riset terlebih dahulu sebelum memproduksi mobil. Tantangan zaman sekarang adalah kebutuhan untuk efisiensi bahan bakar," kata Freddy saat ditemui Kompas.com pada Jumat (11/10/2024).
Freddy menjelaskan bahwa, berbeda dengan mobil zaman dulu yang mayoritas memiliki kapasitas mesin besar, kubikasi mobil-mobil saat ini semakin ringkas, sehingga menuntut mekanikal transfer daya yang lebih sesuai.
"Bila kita perhatikan, mobil zaman dulu memiliki kubikasi mesin yang besar. Namun, saat ini mobil semakin kecil," ujarnya.
Baca juga: Mercedes-Benz Indonesia Tanggapi Kasus Kebakaran EQE di Korea Selatan
Sebagai contoh, ia menyebutkan Honda CR-V yang dulunya memiliki kapasitas 2.400 cc atau 2.000 cc, kini hanya 1.500 cc. Demikian pula dengan Mercedes-Benz, di mana tipe 300 yang dahulu menggunakan mesin V6 sekarang memiliki kubikasi yang lebih kecil.
"Tujuan utama dari penggunaan transmisi CVT adalah untuk efisiensi bahan bakar," kata Freddy.
Baca juga: Performa Mesin Motor Terhambat, Saatnya Cek Kondisi Busi
Selain itu, Freddy menambahkan bahwa keunggulan transmisi CVT adalah kemampuannya untuk memiliki lebih banyak gear atau gigi dibandingkan matik AT konvensional.
"CVT dapat memiliki gear yang tidak terbatas, tergantung pada pengaturan pabrikan, apakah ingin 6-percepatan atau 7-percepatan. Dengan menggunakan pulley, jumlah percepatan bisa diatur sesuai kebutuhan," jelasnya.
"Sementara itu, pada AT konvensional, jumlah gigi tergantung pada girboks yang dibuat oleh pabrikan. Biasanya, girboks tersebut disuplai oleh vendor yang berbeda-beda," ujar Freddy.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.