Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Kuasai 14 Komoditas Kritis Baterai EV

Kompas.com - 25/06/2024, 07:02 WIB
Ruly Kurniawan,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) holding pertambangan, MIND ID, menyatakan sudah menguasai 14 dari 47 komoditas mineral kritis dan strategis untuk mendukung penciptaan ekosistem baterai kendaraan listrik (EV).

Disampaikan Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID, Dilo Seno Widagdo, pihaknya telah menyusun roadmap untuk fokus mengelola sumber daya tersebut sehingga bisa meningkatkan perekonomian nasional.

"MIND ID mendukung pengembangan industri strategis Indonesia, yang dalam hal ini ekosistem baterai EV. Itu yang kita kelola baik dari upstream, midstream, hilirisasi, sampai penguasaan pasar," katanya dalam diskusi MINDialogue, Senin (24/6/2024).

Baca juga: Truk Wajib Pasang RUP di Samping dan Belakang

Pabrik baterai VinFastdok.VinFast Pabrik baterai VinFast

Dilo menyampaikan, kebutuhan mineral untuk memproduksi baterai kendaraan listrik alias electric vehicle cukup besar.

Setidaknya dalam satu baterai EV mengandung 33,34 persen grafit/karbon, 25 persen nikel, 19,23 persen aluminium, 12,82 persen tembaga, serta mangan, kobalt dan lithium dengan masing-masing 3,21 persen.

Dalam konteks ini, MIND ID optimistis permintaan komoditas mineral untuk kendaraan listrik akan terus meningkat. Besarnya permintaan tersebut turut mengerek kebutuhan sekaligus harga mineral yang dimiliki Indonesia.

"Kita tidak mau mineral strategis semuanya kita kuasai, hanya yang penting dan mendukung ekosistem EV battery," kata dia.

Baca juga: Indonesia Dekati Jepang untuk Kembangkan Kendaraan Listrik

Nikel sulfat produksi PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) yang dimurnikan di pabrik berlokasi di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Dok. PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) Nikel sulfat produksi PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) yang dimurnikan di pabrik berlokasi di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara.

"Kita juga perlu mengontrol demand supply dunia. Apalagi kita sebagai pemain utama dalam konteks supply chain (komoditas mineral) dunia. Makanya begitu timah RKAB tersendat, harga (di pasar dunia) langsung naik," kata Dilo.

Sementara itu, Senior Vice President Macquarie Group Dony Setiady menyebut Indonesia, melalui MIND ID, memiliki peluang dalam pengembangan mineral kritis.

"Kalau kita melihat dari sisi MIND ID resources-nya sudah cukup banyak dan kita lihat Indonesia di tahun 2023 sudah menyuplai 55 persen kebutuhan nikel global dan pada 2029 diprediksi akan meningkat 75-80 persen," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau