Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masalah Lain yang Hambat Perkembangan Kendaraan Listrik

Kompas.com - 16/06/2024, 18:12 WIB
Ruly Kurniawan,
Stanly Ravel

Tim Redaksi

JAKATA, KOMPAS.com - Menurut Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri, ekosistem kendaraan listrik di dunia termasuk Indonesia saat ini masih belum matang.

Hal tersebut dikarenakan masih adanya keterbatasan teknologi, khususnya di sektor baterai sebagai komponen utama dalam penggerak kendaraan. Maka membuat harganya tinggi tetapi belum mapan dalam menyimpan listrik.

"Masa pengecasan terlalu lama, sehingga untuk saat ini kendaraan listrik masih menjadi opsi bagi segmen tertentu yang memang sudah bisa dan siap, misalnya hanya orang yang punya rumah tapak," kata dia dilansir Sabtu (15/6/2024).

Baca juga: Kesalahan Pengemudi Saat Melewati Tanjakan Ekstrem Menikung

Bagi pemilik yang memiliki rumah tapak, mereka bisa mengisi ulang baterai dengan lebih leluasa kapan saja.

Sedangkan, pemilik kendaraan listrik yang menetap di apartemen akan kesulitan dalam mengecas baterai.

Selain itu, kendaraan listrik sejauh ini lebih cenderung dipakai untuk wilayah perkotaan bukan untuk mobilisasi jarak jauh.

Handoko mencontohkan, di Amerika Serikat, masalah-masalah terkait juga sama terjadi. Penduduk yang berada di sub-area dan harus pulang-pergi menempuh jarak yang cukup jauh belum bisa memaksimalkan kendaraan listrik.

"Praktis (kendaraan listrik) itu masih di level secondary car," ucapnya.

Baca juga: Begini Tanda Baterai Remote Keyless Motor Mulai Melemah

Masalah ekosistem kendaraan listrik lainnya adalah soal model bisnis kendaraan bekas. Karena di luar negeri, orang-orang memakai mobil dengan siklus 10 tahun dan sebagai besar dibuang bila sudah melewati siklus tersebut.

Namun tidak di Indonesia, siklus satu dekade umur kendaraan tidak berlaku dan kendaraan bekas masih memiliki nilai yang tinggi.

Dalam kasus kendaraan listrik, notabene harga terbesar ada pada baterai. Bila mobil berbahan bakar minyak masih jaya, maka harga mobil listrik bekas justru jatuh.

Baca juga: Libur Panjang, Lebih dari 300.000 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek

"Itu akan menimbulkan back fire yang kurang bagus untuk perkembangan mobil listrik. Kita harus cepat menciptakan mekanisme untuk antisipasi karena masalahnya pasti muncul di masa depan," ujar Handoko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hinca: Tidak Ada Demokrasi Tanpa Media yang Merdeka
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau