JAKARTA, KOMPAS.com - Belum lama ini video viral di media sosial memperlihatkan Daihatsu Sigra yang kemalingan di area parkir pusat perbelanjaan, tepatnya di ITC Cempaka Mas, Jakarta Pusat.
Kasusnya menarik sebab yang dimaling bukan kaca spion melainkan tiga buah ban beserta pelek mobil tersebut. Padahal dijelaskan bahwa sang pemilik baru meninggalkan mobil lebih kurang selama 20 menit.
Baca juga: Video Daihatsu Sigra Jadi Korban Pencurian Ban dan Pelek di ITC Cempaka Mas
Kasus tersebut sudah diselesaikan secara kekeluargaan. Pengelola ITC Cempaka Mas akan bertanggung jawab penuh atas kejadian pencurian ban yang terjadi di area parkir pada 7 Mei 2024.
View this post on Instagram
Kasus pencurian pelek mobil saat sedang parkir sebetulnya bukan pertama kali terjadi. Sebelumnya sudah beberapa kali kasus serupa muncul ke permukaan di mana maling beraksi di parkiran resmi.
Ketua Indonesia Parking Association (IPA) Rio Octaviano, mengatakan, melihat banyaknya maling pelek saat mobil sedang parkir maka dipastikan ada sindikat atau profesional yang bermain dalam hal ini.
"Satu yang saya bisa pastikan ini adalah tindakan profesional. Kedua, sebagai profesional mereka pasti melakukan analisa, yaitu analisa lapangan dan lainnya sehingga mereka bisa melakukan eksekusi tersebut," kata Rio kepada Kompas.com, Kamis (9/5/2024).
Baca juga: Bikin Motor Kinclong, Poles Bisa Jadi Solusi
"Ini dari faktor penyebabnya dulu, dari faktor keamanan, setelah mereka sudah menilai dari analisa lapangan ditemukan satu titik di mana tidak terjangkau oleh keamanan. Sehingga titik itu bisa dilakukan eksekusi," ujarnya.
Rio mengatakan, para pelaku kriminal atau maling bisa melancarkan aksinya karena jumlah petugas parkir terbatas dan atau peralatan keamanan yang kurang memadai di tempat itu.
Lantas bagaimana bisa?
Dalam bisnis parkir profesional, managemen parkir terbagi dua. Pertama pengelola parkir dan kedua pihak pemilik lahan atau gedung. Pengelola parkir bisa pihak lain atau juga dari pemilik lahan tersebut.
Rio mengatakan, jika managemen parkir dari pihak lain atau orang kedua, maka pengelola parkir tersebut membayar kepada pemilik lahan atau managemen gedung.
Baca juga: Tips Mengemudikan Mobil Matik CVT di Tanjakan
"Jadi bisnis parkir itu ada dua pola pikir, yaitu servis dan keuntungan. Kalau kita bicara servis tidak akan ketemu dengan variabel keuntungan. Kalau mau provit maka servis bakal ditekan," ujar Rio.
"Servis dan keuntungan ini tergantung pada pemberi kerjanya. Jadi bukan lagi ke manajemen parkir. Pemilik lahan itu mau yang mana, utamakan servis atau hanya untung besar," ujarnya.
Baca juga: Cerita Benny Santoso Menang TCR Asia Series di Sirkuit Sepang
Jika visi dan misinya hanya cari untung besar maka biasanya akan menekan SDM dan juga infrastruktur pengamanan. Contoh paling mudah hanya sedikit SDM untuk mengecek keamanan parkir.
"Contoh enggak apa-apa tambah SDM tapi wilayahnya aman. Tambahin saja orang. Atau kedua, ingin provit, pemilik lahan melibatkan satpam. Outsource security yang mencakup keamanan wilayah parkir," katanya.
"Jadi pola pikirnya seperti apa. Parkiran dia hanya pemerima kerja, yang pasti tidak mau rugi. Kalau pemilik lahan minta share besar terus harus menyediakan 20 orang (SDM), jadinya 20 orang jadi 5 orang saja," kata Rio.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.