JAKARTA, KOMPAS.com - PT Yusen Logistics Indonesia menjadi perusahaan pertama di Indonesia yang mengoperasikan truk listrik Mitsubishi Fuso eCanter sebagai kendaraan operasional.
Sebagai pelopor penggunaan truk listrik di jalanan Indonesia, perusahaan logistik ini menghadapi tantangan dalam penerapannya, meskipun truk listrik menawarkan sejumlah keunggulan.
Baca juga: Simak 3 Rekomendasi Formulasi Penyaluran Subsidi BBM Ala Bahlil
Riki Gunawan, pengemudi PT Yusen Logistics Indonesia, menjelaskan bahwa salah satu tantangan eCanter adalah spesifikasi bannya yang berbeda dibandingkan truk konvensional.
"Ukuran ban eCanter lebih kecil, dengan tinggi ban dan pelek yang berbeda dari biasanya. Mungkin ini untuk menyesuaikan bobot kendaraan agar tidak terlalu berat," ujar Riki kepada Kompas.com di Cengkareng, Banten, Rabu (13/11/2024).
Menurut pengamatan Kompas.com, ban eCanter memiliki spesifikasi 205/70 R17,5 inci, berbeda dengan truk Canter diesel konvensional yang menggunakan spesifikasi 225/75 dengan pelek berdiameter 16 inci.
Wempy Wisnu Aji, Deputy Director PT Yusen Logistics Indonesia, menegaskan bahwa meskipun spesifikasi ban berbeda, hal itu bukan masalah besar.
Baca juga: Apakah Sistem Pendingin Mobil Perlu Diganti Usai Kena Abu Vulkanik?
"Memang spesifikasi bannya berbeda dan khusus. Namun KTB menjamin ketersediaan ban tersebut, sehingga jika memerlukan penggantian, tetap tersedia. Perbedaannya hanya terletak pada ukuran yang lebih kecil," jelasnya.
Tantangan lainnya adalah ground clearance atau jarak bebas dari tanah. Baterai eCanter ditempatkan di sasis, yang membuat jarak antara kendaraan dengan permukaan jalan menjadi lebih rendah.
Berdasarkan spesifikasi di situs Fuso, ground clearance eCanter adalah 260 mm, lebih rendah dibandingkan eCanter diesel konvensional yang memiliki ketinggian minimal 350 mm.
"Karena itu, kami mengoperasikan truk ini di area yang memiliki kondisi jalan baik, seperti kawasan industri di Cengkareng dan Jababeka. Tantangan utama adalah kondisi jalan," ujar Wempy.
Baca juga: Ini yang Terjadi Jika Abu Vulkanik Masuk ke Mesin Mobil
"Selama pelanggan kami berada di kawasan industri dengan jalan yang layak, tidak ada masalah yang berarti," tambahnya.
Tantangan terakhir adalah jarak tempuh kendaraan dan waktu pengisian daya baterai.
Untuk diketahui, eCanter dilengkapi baterai berkapasitas 83 kWh yang mampu menempuh jarak hingga 140 km dengan GVW (Gross Vehicle Weight) sebesar 6 ton. Hal ini menjadi tantangan bagi perusahaan logistik yang membutuhkan jarak tempuh lebih panjang.
Baca juga: Sigra Masih Jadi Mobil Terlaris Daihatsu
Lama waktu pengisian normal pakai charger 7kW dari kondisi 0 persen memakan waktu sekitar 11-12 jam, tapi jika pakai fast charging 25kW diklaim kurang lebih 3 jam.
"Kalau mengisi dari 0-100 persen selama 4 jam. Makanya saat mengisi itu tidak waktu operasional. Jadi pagi saat jalan sudah 100 persen, kemudian kalau jeda mengisi lagi tapi mungkin tidak penuh jalan lagi," kata Wempy.
"Truk sehari dua kali rit (pulang-pergi), maksimal dua kali rit, yang diesel biasa juga sama. Pagi ngambil impor siang antar ekspor," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.