JAKARTA, KOMPAS.com - Pembelian kendaraan secara kredit tidak hanya diminati konsumen ritel atau perseorangan. Skema tersebut juga ternyata merupakan alternatif terlaris pada pembeli fleet dengan jenis angkutan niaga.
Kepala Divisi Pemasaran Bank Jasa Jakarta (BJJ) Budi Widyadi mengatakan, pembelian mobil niaga secara kredit saat ini menjadi pilihan utama pebisnis Tanah Air karena cukup mudah.
Sebab, pembelian kredit bisa meringankan beban terhadap pengeluaran soal pembelian serta perawatan kendaraan. Namun, pengajuan permohonan kredit kendaraan niaga lebih ketat.
Baca juga: Satu Lagi Merek Mobil Asal China Masuk Indonesia
"Pada segmen kendaraan niaga, kami harus melakukan evaluasi keuangan dan prospek usaha konsumen dari berbagai sisi. Sebab, kendaraan akan dipakai untuk membantu nasabah mengerakkan usahanya (barang produktif)," kata dia di Jakarta, Kamis (7/3/2024).
"Kalau kendaraan pribadi (ritel), mungkin lebih pada penggunaan personal (barang konsumtif). Sehingga analisisnya lebih kepada pendapatan dan hal yang menyangkut kemampuan bayar," lanjut Budi.
Oleh karena itu, kata dia lagi, bunga kredit untuk kendaraan niaga relatif lebih rendah dibanding mobil pribadi walaupun masih sama-sama di bawah 10 persen per tahunnya.
Pada helatan Gaikindo Indonesia International Commercial Vehicle Expo (Giicomvec) 2024 saja, misalkan, pihak BJJ memberikan suku bunga kendaraan niaga mulai 3,67 persen sampai 4,67 persen.
Baca juga: Ini 2 Mobil China Jetour yang Siap Meluncur Tahun Ini
"Untuk kendaraan golongan satu dan dua dari 3,67 persen. Khusus golongan tiga dan lima kita mulai dari 4,67 persen," ucapnya.
"Kemudian perbedaan lain, rata-rata tenor kredit untuk kendaraan niaga itu sampai tiga tahun. Sementara kalau mobil pribadi banyak pilihannya hingga ada yang sampai 5-7 tahun," kata Budi.
Adapun uang muka yang dibebankan konsumen dalam pembelian kendaraan niaga secara kredit berkisar 10 persen. Sedangkan mobil pribadi rata-rata 25 persen.
Menurut dia, besaran uang muka pembelian kendaraan niaga bisa lebih rendah tergantung faktor seperti rekam jejak perusahaan dan hubungan jangka panjang perusahaan dengan pihak bank.
Baca juga: Isuzu Bicara Kemungkinan Bawa Truk Listrik di Indonesia
"Kalau ada hubungan jangka panjang, tentu kita dapat mempertimbangkan DP lebih rendah karena tentu saja DP lebih rendah membantu pengusaha memperoleh fasilitas kredit dan menunjang usaha mereka," kata Budi.
Salah satu perusahaan yang menjalin kerja sama jangka panjang dengan Bank Jasa Jakarta yakni PT Ardya Prima Internusa. Perusahaan yang bergerak di bidang logistik itu telah menjadi nasabah BJJ sejak tahun 2015.
"Dengan kebutuhan dan peningkatan volume usaha di bisnis kami, Bank Jasa Jakarta sangat mempermudah dalam hal pengurusan pembiayaan unit mobil niaga," kata Direktur PT Ardya Prima Internusa, Eduard Winata.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.