Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Insentif Kendaraan Listrik, Apakah Jalanan Tambah Macet?

Kompas.com - 08/03/2023, 17:21 WIB
Ruly Kurniawan,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com- Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) menyatakan bahwa kehadiran insentif pembelian Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) yang direncanakan mulai berlaku 20 Maret 2023 mendatang, tidak akan menambah kemacetan.

Meskipun diakui bahwa dalam tahap awal berlakunya insentif, ada kencenderungan masyarakat menambah kendaraan baru bukan menggantikannya dengan yang lama (berbahan bakar fosil ke listrik).

"Memang idealnya membeli motor listrik untuk menggantikan yang lama. Tetapi kalau pun ada dua sepeda motor di rumah, kan dua duanya tak dipakai secara bersamaan," kata Direktur Eksekutif KPBB Ahmad Safrudin, Rabu (8/3/2023).

Baca juga: Jumlah Kendaraan Listrik di Indonesia Diklaim Terus Meningkat

Artinya, kendaraan listrik hanya akan mengambil sedikit total 'kue' dari total di pasar otomotif nasional. Lama kelamaan, diharapkan semua kendaraan baru yang dibeli itu semuanya berbasis listrik.

Sehingga lama kelamaan, kendaraan-kendaraan yang beroperasi di jalan ialah ramah lingkungan.

"Kita pakai logika begini, total penjualan mobil 1 juta unit dan motor 7 juta unit per tahun. Kendaraan listrik itu, hanya memotong market share dari penjualan. Jadi tak semata-mata menambah tapi hanya subsitusi. Kalau pun penjualan naik berarti permintaannya yang meningkat," tambah dia.

"Jadi dalam konteks populasi, kendaraan listrik tidak membuat macet. Jangan dibuat mitos seperti itu. Tanpa motor listrik juga jalanan sudah macet," katanya lagi.

Diberitakan sebelumnya, Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno menilai, pemberian insentif kendaraan listrik ke pasar ritel kurang tepat karena meningkatkan kemacetan.

Baca juga: Insentif EV Rp 1,7 T Bisa Memperbaiki Transportasi 20 Kota

Hal tersebut karena tingkat populasi kendaraan bermotor, khususnya di perkotaan akan bertumbuh begitu cepat. Kemudian jika kendaraan terlalu murah, maka banyak pula masyarakat penguna transportasi umum mulai memakai kendaraan pribadi.

"Dengan meningkatnya populasi kendaraan, angka kecelakaan akan meningkat. Dari data, 80 persen penyumbang kecelakaan dari sepeda motor," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (7/3/2023).

Oleh karenanya, ia menyarankan bahwa pemberian insentif digunakan untuk menyasar transportasi massal saja. Sekaligus, meremajakannya supaya dapat relevan dengan perkembangan teknologi saat ini.

"Jadi kalau angkutan umum sudah listrik dan banyak digunakan, maka emisi udara bisa diatasi. Kemacetan berkurang, kecelakaan bisa ditekan, angka inflasi bisa turun. Empat hal yang bisa didapat," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ribuan Orang Ditahan Saat Demo di Turkiye, Dianggap Teroris Jalanan oleh Erdogan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau