Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berisiko Tinggi, Polisi Beri Pelatihan Khusus untuk Sopir Ambulans

Kompas.com - 26/02/2023, 14:41 WIB
Aprida Mega Nanda,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Setiap pengemudi ambulans dituntut untuk memiliki kemampuan khusus dalam menjalankan tugasnya. Pasalnya, sopir ambulans harus mengemudi dalam kecepatan tinggi dan dalam situasi terintimidasi oleh korban yang dibawa, maupun dari kondisi lalu lintas.

Kegiatan ini juga dinilai penuh risiko, pasalnya sopir ambulans mengemudi dalam kecepatan tinggi dan melampaui batas-batas kecepatan yang ada. Seperti melebihi kecepatan maksimal, melawan arus, dan sebagainya.

Belum lagi para sopir ambulans harus berkendara di tengah-tengah masyarakat yang acuh tak acuh terhadap kendaraan-kendaraan prioritas.

Baca juga: Usaha Korlantas Polri Menangani Kesemrawutan Jalanan

Untuk diketahui, ambulans di Indonesia saat ada dua jenis, pertama adalah ambulans yang membawa jenazah, kemudian yang kedua membawa orang sakit.

Kombes Pol Mohammad Tora, Kasubdit Standar Cegah dan Tindak Ditkamsel Korlantas Polri mengatakan, ada beberapa perbedaan terhadap kedua jenis ambulans tersebut.

Selain itu, sopir yang mengemudikan kedua ambulans itu juga melewati tahapan pelatihan yang berbeda.

Sopir dan perawat yang sedang menaiki ambulans dirampok di kawasan Kepala Curup, Kabupaten Rejang Lebong, Sabtu (3/7/2021). Diketahui sopir dan ambulans baru saja mengantarkan pasien Covid-19 ke rumah sakit.Dok Kombes Pol Sudarno Sopir dan perawat yang sedang menaiki ambulans dirampok di kawasan Kepala Curup, Kabupaten Rejang Lebong, Sabtu (3/7/2021). Diketahui sopir dan ambulans baru saja mengantarkan pasien Covid-19 ke rumah sakit.

“Membawa ambulans ini kan ada dua, membawa jenazah dan orang sakit. Kalau orang sakit ini kan banyak butuh pelayanan baik kecepatan, goncangan dan sebagainya. Sedangkan kalau jenazah ini, mohon maaf sudah tidak bernyawa, jadi perlakuannya juga yang harus urgent dan hati-hati adalah yang sakit,” ucap Tora, saat ditemui Kompas.com, di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (25/2/2023).

Namun menurut Tora, jika melihat fenomena di Indonesia, kulturnya justru ambulans pembawa jenazah yang diperlakukan mendesak.

Dimana tak jarang pengawalan ambulans tersebut berlaku arogan seperti tidak pakai helm hingga pukul-pukul mobil dan lain sebagainya.

“Nah kultur ini yang mau kita ubah, melalui pengemudi ambulans. Karena sebelum berangkat mereka pasti persiapan dulu, briefing dulu pada yang mengantar, nanti pendamping jenazah siapa, teman-teman yang naik motor jangan arogan dan sebagainya. Ini sudah kita imbau sampai Bhabinkamtibmas,” kata Tora.

“Sedangkan untuk ambulans orang sakit kan tidak seperti itu, mengikuti keluarganya sampai 10 mobil, tidak ada yang buka jalan. Jadi kompetensinya kita pisahkan, karena penangannya juga berbeda yang sakit dan yang sudah meninggal,” lanjutnya.

Tora juga mengingatkan bahwa pengawalan ambulans bukan tugas dari masyarakat. Mengingat saat ini sudah banyak fenomena masyarakat yang membantu membuka jalan.

Baca juga: Minat Beli Honda HR-V? Masih Inden Sampai Tiga Bulan

“Sirene dan lampu yang ada di ambulans itu sudah cukup. Tapi kalau kita membantu seakan-akan merasa benar membuka jalan dan kecelakaan, yang ada malah disalahkan. Niatnya bantu tapi malah melanggar,” ucap Tora.

“Jadi pengemudi ini yang nantinya ikut bertanggung jawab, sebelum jalan briefing siapa yang ikut dan sebagainya, tujuannya adalah jangan sampai menambah kecelakaan dan pelanggaran yang lebih banyak, itu tujuannya,” lanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau