Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Truk ODOL Bikin Jalan Rusak, Rugikan Negara sampai Rp 43 Triliun

Kompas.com - 13/02/2023, 15:01 WIB
Gilang Satria,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Truk kelebihan muatan atau Over Dimension Over Load (ODOL) yang mengangkut kayu gelondongan terbalik saat melewati jalan rusak di wilayah Tlogowungu, Pati, Jawa Tengah.

Kasus truk terbalik karena kelebihan muatan sebetulnya bukan kasus baru. Namun, kasus ini menarik dari karena truk ODOL justru yang selama ini disebut membuat jalan rusak dan berlubang.

Baca juga: Manfaat Motocross dan Meliuk di Sirkuit Karting untuk Pebalap

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi pernah mengatakan bahwa truk ODOL menyebabkan kerugian negara hingga Rp 43,45 triliun karena membuat pemerintah harus sering memperbaiki jalan rusak.

“Dari data Kementerian PUPR, secara ekonomi setiap tahunnya negara mengalami kerugian Rp 43 triliun akibat harus memperbaiki jalan yang rusak akibat truk ODOL,” kata Menhub Budi dalam webinar Inspirato, Maret 2022.

Nyatanya, meski sudah jelas apa kerugian yang ditimbulkan, pemberantasan truk ODOL sulit diterapkan karena menunggu kesiapan industri logistik.

Direktur Jenderal Perhubungan Darat Budi Setiyadi menambahkan, truk ODOL menyebabkan kecelakaan lalu lintas karena sebagian besar atau 74-93 persen angkutan barang melanggar aturan.

Baca juga: Bangun Ulang VW T1 Samba Pakai Jantung Porsche 911 Carrera

Truk ODOL menjadi penyebab terbesar kedua setelah sepeda motor yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas, serta jadi penyebab dari berbagai kecelakaan lalu lintas di mana setiap satu jam ada 2-3 orang meninggal dunia.

Budi Setiyadi mengatakan, truk ODOL paling sering kecelakaan di jalan tol, terutama pada malam hari. Sebab, ada perbedaan selisih kecepatan yang cukup besar antara mobil pribadi dan truk angkutan barang di jalan tol.

“Truk ODOL itu antara 20-30 km per jam (kpj) tapi kendaraan kecil itu kecepatannya bisa di atas 100 kpj. Ini sering terjadi terutama di malam hari,” kata Budi Setiyadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Komentar
di priode 70-90 an, sangat jarang angkutan barang yg overload, karena semua bahan serba terjangkau, ongkos muat terjangkau, harga bbm juga terjangkau, kebutuhan pokok juga terjangkau... sekarang??? jika muat sedikit dengan ongkos mahal, pengusaha / pedagang juga ogah pakai armada yg ongkos mahal


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau