JAKARTA, KOMPAS.com - Rumus jaga jarak tiga detik untuk menghindari tabrakan beruntun membantu pengemudi untuk memiliki waktu respon di jalan tol. Namun, kenyataannya masih banyak kecelakaan tabrak belakang di jalan tol.
Sony Susmana, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) mengatakan, ada beberapa sebab mengapa masih banyak terjadi kecelakaan beruntun di jalan tol meski sarana dan prasarana sudah cukup baik.
"Masalah yang utama adalah kurangnya pemahaman tentang keselamatan di Indonesia, hal ini sering diabaikan karena adanya faktor ego yaitu kepentingan pribadi di atas segalanya," kata Sony kepada Kompas.com, Senin (9/1/2023).
Baca juga: Curhat Jorge Martin Soal Mahalnya Biaya Jadi Pebalap Profesional
Sony menjelaskan, tabiat pengemudi di jalan tol merupakan penyebab utama terjadinya kecelakaan.
"Faktor emosi dan tidak tertibnya para pengguna jalan. Biasanya mereka paham setelah mengalami kecelakaannya sendiri," kata Sony.
"Mindset menjaga jarak sebagai tindakan yang masuk akal untuk menghindari benturan itu sudah ada di pengemudi, hanya banyak yang mengandalkan hardskill dan merasa piawai. Jadi pada mepet-mepet bawa mobilnya," kata dia.
Baca juga: Jangan Asal Tambal Ban, Ini Metode yang Paling Disarankan
Pemerhati masalah transportasi dan hukum, Budiyanto, mengatakan hal serupa, menurutnya fakta yang terjadi jarang sekali kendaraan satu dengan yang lainnya menunjukan jarak minimal atau jarak yang aman.
"Sehingga pada saat dihadapkan darurat atau kendaraan di depannya rem mendadak benturan tidak dapat dihindari dan sulit untuk bermanuver melewati atau menghindar dari kendaraan di depannya yang rem mendadak," kata dia.
"Berarti kuncinya bagaimana kita berdisiplin dalam tata cara berlalu lintas, termasuk bagaimana menjaga jarak minimal dan jarak aman dengan kendaraan di depannya," kata dia.
Budiyanto mengatakan teori soal jarak aman di jalan tol tidak ada yang absolut atau pasti. Namun teori tersebut secara rasional dapat digunakan untuk antisipasi menghindari benturan atau lebih mudah bermanuver.
Baca juga: IK-CEPA Berlaku, Ini Mobil Korea yang Mendapatkan Keringanan Tarif
Jusri Pulubuhu Training Director dan Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), mengatakan, banyak kecelakaan terjadi karena konsep keselamatan belum menjadi gaya hidup di masyarakat.
"Dasar saya walaupun mereka tahu peraturan safety driving atau rambu lalu-lintas dan marka, mereka tidak mengerti dengan peraturan. Sebab tahu tidak linier dengan mengerti," kata Jusri.
Jusri mengatakan, da persepsi yang salah yang terjadi di pengemudi mobil bahwa kemampuan atau keterampilan mengemudi adalah segalanya tapi abai soal pengetahuan dasar di jalan tol..
"Pengetahuan itu penting soal keterampilan akan membuat dia mampu secara benar dan tepat mengendalikan mobil. Tapi pengetahuan menyangkut soal ketertiban, empati dan rasa berkendara," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.