JAKARTA, KOMPAS.com - Belum lama ini video viral memperlihatkan pria memukuli wanita di sebuah SPBU di Palembang, Sumatera Selatan. Pelakunya Anggota DPRD Kota Palembang, M Syukri Zen.
Usai video viral, Syukri dipecat sebagai kader Partai Gerindra. Buntutnya kemudian dia akan lengser dari jabatan saat ini yaitu anggota DPRD karena dilakukan Pergantian Antar Waktu (PAW).
Tak selang lama dari kejadian Syukri, di Jakarta, terjadi pemukulan yang dilakukan pengendara mobil pribadi terhadap sopir TransJakarta di Jalan Raya TB Simatupang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Baca juga: Marak Aksi Pengemudi Emosi di Jalan Akhir-akhir Ini
Kejadian tersebut juga viral karena rekaman video menyebar. Pengemudi mobil Honda Mobilio marah dan menampar sopir bus TransJakarta ditengarai akibat "sodok-sodokan" di jalan.
Kasi Kecelakaan Lalulintas (Laka Lantas) Direktorat Lalulintas (Ditlantas) Polda Metro Jaya, Kompol Edy Purwanto, mengatakan, kejadian itu murni penganiayaan tak ada kecelakaan lalu-lintas.
Satu garis besar dari kedua kejadian di atas ialah adanya rekaman sebagai alat bukti.
Saat berkendara bisa terjadi kecelakaan atau modus penipuan dapat merugikan pengemudi yang tidak bersalah. Kurangnya bukti bisa membuat pengemudi kesusahan untuk melapor ke pihak berwajib.
Berkaca pada banyak kejadian seperti itu, Training Director The Real Driving Center (RDC) Roslianna Ginting mengatakan bahwa penggunaan dashcam atau alat perekam sangatlah penting.
"Penggunaan dashcam memang sangat penting sebagai bukti otentik tentang kondisi yang terjadi," kata Roslianna pada Kompas.com, belum lama ini.
Baca juga: Marak Aksi Pengemudi Emosi di Jalan Akhir-akhir Ini
Barang bukti yang konkret seperti rekaman video ini juga harapannya dapat meredam amarah pengguna jalan lain, khususnya jika terjadi kasus seperti modus pemerasan berkedok tabrak lari.
Salah satu contoh pentingnya dashcam dapat dilihat di akun Instagram, Dash Cam Owners Indonesia. Akun yang berbagi berbagai rekaman soal perilaku berkendara buruk di jalan yang terekam kamera.
Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana mengatakan, emosi masyarakat masih mudah tersulut emosi tanpa melihat terlebih dahulu kronologis cerita dari pihak-pihak yang terlibat.
Baca juga: Bahas Fitur Mitsubishi New Xpander Cross yang Jadi Unggulan
View this post on Instagram
"Karena modus ini (pemerasan berkedok tabrak lari) masih baru, maka efektif untuk pelaku melakukan aksi kejahatannya," ujarnya pada Kompas.com, beberapa waktu yang lalu.
Sony menegaskan, dashcam perlu dipasang sebagai bukti penunjang, apabila dibutuhkan.
Redam emosi
Marcell Kurniawan, Training Director The Real Driving Centre, menyelesaikan masalah dengan cara hakim sendiri tidak bisa dibenarkan.
"Cara meredam emosi adalah dengan memikirkan segala sesuatu dengan positif. Pastikan tidak mudah bereaksi dan jangan mudah terpancing emosi," ucap Marcell kepada Kompas.com.
Baca juga: Tim Pabrikan Setuju dengan Format Sprint Race di MotoGP
Marcell mengingatkan seluruh pengemudi bahwa sebelum tersulut amarah pikirkan lagi risiko yang bisa terjadi, apa yang menjadi dampak saat melakukan hakim sendiri di jalan raya.
"Lebih baik kita selalu berpikir positif dan pikirkan resikonya. Pikirkan bagaimana kalau emosi negatif saya membawa dampak buruk bagi kehidupan. Serta tanamkan pada diri bahwa tidak ada gunanya emosi di jalan," kata dia.
"Jadi banyak faktor yang menyebabkan emosi di jalan, misalnya stress di pekerjaan atau di rumah, fatigue (kelelahan) atau depresi," ucap Marcell.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.