JAKARTA, KOMPAS.com - Kendaraan listrik sangat bergantung pada baterai yang memiliki usia pakai. Komponen tersebut tentu perlu dipikirkan bagaimana penanganannya limbahnya.
Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang energi adalah PT International Chemical Industry (Intercallin). Perusahaan ini lebih dikenal sebagai produsen baterai ABC.
Baca juga: Wuling Mulai Jalin Potensi Pasokan Baterai ABC Lithium
Belum lama ini, Intercallin sudah memiliki fasilitas untuk membuat baterai ion lithium yang bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan, termasuk kendaraan listrik. Selain memproduksi ABC Lithium, Intercallin juga menjamin soal penanganan limbahnya.
Untuk diketahui, baterai terdiri dari dua jenis, yaitu baterai primer dan baterai sekunder. Baterai primer hanya dapat sekali dipakai dan dibuang. Contohnya, baterai alkaline yang digunakan untuk senter, remote tv, dan alat portabel lainnya.
Sedangkan baterai sekunder, dapat digunakan dan diisi ulang beberapa kali. Contohnya, baterai ion litium pada ponsel dan lainnya.
Plant Director Intercallin Cornellius Hendrawan, mengatakan, limbah baterai lithium cenderung tidak sama seperti limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
Baca juga: Baterai ABC Lithium Akan Kerjasama dengan Mobil Anak Bangsa
"Selama ini, kalau untuk benar-benar limbahnya, kita tidak sembarangan buang. Untuk di primer, kita punya pengolahan limbah," ujar Cornellius, kepada Kompas.com, saat ditemui di Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2022, di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (28/7/2022).
Cornellius mengatakan, untuk baterai lithium, jika bagian metalnya yang rusak, seperti aluminium atau tembaga, masih bisa didaur ulang.
"Untuk lithium, di luar negeri, ada satu pabrik perusahaan daur ulang. Sementara di Indonesia tidak ada. Nah, itu bisa untuk buka bisnis tuh," kata Cornellius.
Cornellius menambahkan, dari lithium itu kalengnya bisa dimanfaatkan lagi. Begitu pula dengan material tembaga, aluminium, dan nikelnya.
"Kita katodenya menggunakan Lithium Ferro Phosphate (LFP/LiFePO4), tidak menggunakan nikel. Kalau yang digembar-gemborkan pemerintah kan nikel, kita tidak pakai nikel bahan baku utamanya," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.