JAKARTA, KOMPAS.com - Kecelakaan lalu lintas yang melibatkan antara pengendara sepeda motor gede (moge) vs skuter matik (skutik) terjadi di Bintaro, Tangerang Selatan, akhir pekan lalu.
Dalam insiden tersebut diketahui pengendara motor matik yang dikemudikan oleh seorang ibu muda berhenti di tengah jalan saat hendak berbelok ke arah kiri. Pada saat bersamaan, konvoi moge melintas, pun tabrakan tak bisa dihindari.
“Semula sepeda motor Kawasaki ER-6N yang dikendarai saudara AS melaju dari arah flyover Permata hendak ke arah TL (Traffic Light) Penabur,” kata Iptu Nanda Setya Pratama, Minggu (1/8/2021).
Baca juga: Kapan Mobil Harus Turun Mesin?
Begitu melintasi depan Hotel Santika, diduga Honda Beat yang dikemudikan wanita tersebut tiba-tiba berhenti di tengah jalan saat akan berbelok. Seketika itu pula konvoi moge melintas, hingga salah satunya menabrak motor korban.
“Dengan posisi benturan bagian depan dari Kawasaki ER-6N yang dikemudikan AS menabrak bagian belakang Honda Beat,” jelasnya.
Menanggapi hal ini, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sonny Susmana mengatakan, memang tidak semua, tapi wanita punya kecenderungan lebih labil saat mengendarai sepeda motor.
Lebih parah lagi, banyak pengendara yang menganggap bahwa sepeda motor tidak berbahaya, sehingga mereka pun kerap melakukan manuver tanpa perhitungan.
“Wanita itu sering melakukan manuver yang tidak aman dan tidak peka terhadap lingkungan. Misalnya berhenti di tengah jalan saat akan berbelok secara tiba-tiba,” ujar Sony kepada Kompas.com, belum lama ini.
Perilaku tersebut tentunya tidak hanya bisa membahayakan pengendara itu sendiri, tetapi juga pengguna jalan lainnya.
Baca juga: Perbandingan Konsumsi BBM SUV Murah Toyota Rush dan Toyota Raize
Head of Safety Riding Wahana menambahkan, pengendara wanita memang lebih sering ragu-ragu dalam mengambil keputusan di jalan raya. Terutama saat berbelok dan pindah lajur, ini yang membuat mereka dianggap sering ngaco ketika di jalan raya.
Selain itu, ketika pengendara wanita juga kadang tidak berhati-hati dan kurang memerhatikan kondisi di sekitarnya. Misal, seperti jarang mengecek spion atau menengok saat mau berpindah lajur sehingga rawan bersenggolan.
Agus juga mengingatkan, ketika hendak berbelok sebaiknya dilakukan dengan penuh perhitungan, pertama menyalakan lampu sein, kemudian jangan terlalu jauh ataupun terlalu dekat dengan titik belok.
Baca juga: Jangan Disepelekan, Ini Bahayanya Naik Motor Sambil Main HP
“Sein berfungsi sebagai isyarat atau tanda kita ingin berbelok, sebaiknya jarak 30 meter sebelum belok pengendara sudah menyalakan lampu sein,” kata Agus.
Sehingga pengendara yang berada di belakang dapat mengantisipasi situasi di depan. Tidak hanya memberi kode pada pengguna jalan di belakang, tapi juga pengguna jalan dari arah yang berlawanan.
“Dengan menyalakan lampu sein tepat waktu, risiko kecelakaan dapat berkurang,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.