JAKARTA, KOMPAS.com - Ada beberapa regulasi lalu lintas yang berlaku di jalan, salah satunya adab atau tata cara
Ada beberapa larangan pengemudi saat ingin menyalip mobil atau motor, selain mendahului kendaraan dari sebelah kiri, larangan lainnya adalah mendahului di terowongan dan jembatan.
Lantas mengapa demikan?
Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, pengemudi dilarang menyalip di dua tempat tersebut karena risiko kecelakaannya lebih besar dibanding tempat lain.
Baca juga: Yayasan AHM Salurkan Bantuan untuk Nakes
“Bahayanya karena kalau di terowongan, visibilitasnya berkurang. Sedangkan di jembatan, ruang untuk menyalipnya terbatas, kanan dan kirinya sudah pagar,” ucap Jusri, belum lama ini kepada Kompas.com.
Jusri melanjutkan, di terowongan dan jembatan tidak boleh menyalip atau berpindah jalur. Peluang kecelakaan karena menyalip itu tinggi, bahkan disebut lebih dari 70 persen.
“Jadi menyusul di terowongan dan jembatan itu sama bahayanya dengan menyalip kendaraan di tikungan karena ruangannya yang terbatas,” kata dia.
Alasan lain yaitu marka jalan. Pada terowongan dan jembatan marka pada jalan ialah garis lurus, bukan putus-putus. Garis lurus artinya tidak boleh mendahului kendaraan lain di depannya.
Baca juga: Jangan Lepas Aki Mobil Sembarangan, Bisa Bikin Sistem Elektronik Eror
Hal tersebut tertuang dalam PP Nomor 43 Tahun 1993 Pasal 21 ayat 1, marka membujur berupa garis utuh berfungsi sebagai larangan bagi kendaraan melintasi garis tersebut.
Sedangkan ada pada Pasal 21 ayat 2, disebutkan apabila garis utuh ada di tepi jalan artinya berfungsi sebagai peringatan tanda tepi jalur lalu lintas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.