JAKARTA, KOMPAS.com – Lalu lintas kendaraan di Jakarta dalam beberapa waktu terakhir mulai sering mengalami kemacetan seperti sebelum masa pandemi.
Penerapan ganjil genap dengan segera disebut-sebut bisa menjadi solusi permasalahan tersebut. Padahal jika ganjil genap diterapkan dapat berimplikasi pada meningkatnya penyebaran virus corona.
Ki Darmaningtyas, Ketua Institut Studi Transportasi (Instran) pun mengungkap sejumlah solusi untuk mengatasi kemacetan tanpa penerapan ganjil genap.
Baca juga: Harga Baru Toyota Avanza dengan Diskon PPnBM 50 Persen
“Pertama, sterilisasi halte-halte reguler, kalau halte TJ kan sudah jelas,” ujar Tyas, dalam webinar yang diselenggarakan Dewan Transportasi Kota Jakarta (2/6/2021).
“Halte reguler yang dipasangi rambu bus stop, yang saat ini dipakai untuk pangkalan angkot, ojol, PKL, yang mempengaruhi kenyamanan maupun proses naik turun penumpang,” kata dia.
Selain itu, sterilisasi trotoar dari parkir mobil maupun motor. Seperti diketahui, banyak trotoar yang sudah direnovasi dan diperlebar malah dipakai untuk parkir kendaraan.
Baca juga: Ini Penyebab Tikus Suka Bikin Sarang di Ruang Mesin
Kemudian, pembenahan traffic light di jalur TJ agar lebih memprioritaskan TJ. Penambahan bus stop di rute-rute non koridor dan mikrotrans. Hingga memperbanyak tempat parkir sepeda di halte-halte TJ.
“Dan paling penting kampanye ‘ayo naik angkutan umum lagi’, ini penting karena menurut saya dari beberapa pengamatan, tampaknya memang minim,” ucap Tyas.
Menurutnya, selama ini kita hanya memperhatikan kendaraannya, tetapi bagaimana mendorong masyarakat untuk menggunakan angkutan umum itu kurang.
Baca juga: Innova Bentrok dengan Mobil Polisi Saat Lawan Arah, Jadi Jalan Mundur
“Usulan konkret saya kembali ke kampanye pentingnya menggunakan angkutan umum massal. Bahwa naik angkutan umum massal itu selamat, aman, nyaman, dan angkutan umum massal bukan klaster penyebab Covid-19,” kata Tyas.
“Naik angkutan umum massal itu murah, hemat BBM, dan mengurangi polusi, kemudian kampanye kembali ke sepeda. Saya kira ini kita kembali ke 10-15 tahun lalu,” tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.