JAKARTA, KOMPAS.com – Pasar kendaraan listrik di Indonesia perlahan mulai tumbuh. Walaupun jika dibandingkan dengan kendaraan konvensional, angka penjualan kendaraan listrik masih sangat sedikit.
Muhammad Nur Yuniarto, Ketua Laboratorium Mobil Listrik Nasional ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember), mengatakan, kendaraan listrik butuh strategi pemasaran yang berbeda untuk meningkatkan penjualannya.
Nur mengatakan, kendaraan listrik perlu effort yang sangat besar jika harus masuk ke dalam red ocean market. Di sini, kendaraan listrik harus pakai strategi banting harga kalau mau bersaing dengan kendaraan konvensional.
Baca juga: Hasil Klasemen MotoGP 2021 Usai GP Italia, Quartararo Tetap di Puncak
“Masalahnya di Indonesia, kendaraan listrik dibanding-bandingkan dengan kendaraan konvensional. Harga motor listrik dibandingkan dengan harga motor konvensional. Ini enggak fair, karena marketnya berbeda,” ujar Nur, dalam webinar yang disiarkan Youtube LBMM ITS (29/5/2021).
Menurut Nur, strategi paling tepat bagi kendaraan listrik adalah masuk ke blue ocean market. Di sini kendaraan listrik bahkan bisa menentukan harganya sendiri.
Ia mengambil contoh Tesla, yang meskipun dihargai mahal, orang-orang tetap antre membelinya.
Baca juga: Kesalahan Pengendara Mobil Matik di Jalan Menanjak
Selain itu, lokasi pemasaran juga punya peran penting dalam meningkatkan penetrasi pasar. Nur mengatakan, kendaraan listrik harus lebih gencar ditawarkan di luar pulau Jawa.
“Kalau kita mau sekarang, strateginya jangan dijual di pulau Jawa. Salah satu alasannya, jaringan pom bensin sudah ada di mana-mana,” ucap pria yang juga berprofesi sebagai dosen dan peneliti ITS ini.
Berdasarkan pengalaman Nur ketika melakukan tes mobil listrik ITS keliling Indonesia, ia menemukan fakta bahwa masih banyak daerah yang harus antre saat beli BBM.
Baca juga: Kronologi Rombongan Moge Masuk Jalur Transjakarta, 4 Kena Tilang, 4 Kabur
Ketika tes mobil listrik sampai di Lampung misalnya, di sana antre beli BBM bisa memakan waktu hingga 12 jam.
“Sehingga daerah-daerah seperti itulah yang butuh kendaraan listrik. Bukan di Jawa,” kata Nur.
"Jadi kalau mau jual kendaraan listrik, kita harus berani jual di daerah luar Jawa. Di situ mereka lebih mengapresiasi teknologi kendaraan listrik dibandingkan dengan orang-orang di Jawa," tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.