Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perseteruan Fortuner Vs Vitara di Cibubur, Ingat Cara Redam Emosi

Kompas.com - 30/10/2020, 07:42 WIB
Donny Dwisatryo Priyantoro,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Belum lama ini, beredar video di media sosial perseteruan antara kedua pengemudi mobil, Toyota Fortuner dengan Suzuki Vitara. Kedua mobil tersebut terlihat saling memepet satu dengan yang lain hingga bersenggolan.

Seperti yang diunggah oleh akun Instagram EPPB Channel, terlihat kedua mobil tersebut saling menyerempet, seakan tak mau mengalah. Sayangnya, tidak dijelaskan bagaimana awal mula terjadi atau penyebabnya. Insiden tersebut terjadi di Jalan Alternatif Cibubur, Jatisampurna, Kota Bekasi, Jawa Barat.

Baca juga: Pilihan SUV Ladder Frame Seken, Isuzu MU-X Lebih Murah dari Fortuner

Sony Susmana, Training Director Safety Defensive Consultant, mengingatkan, pengendara sebaiknya menghindari situasi yang dapat menimbulkan emosi di jalan raya.

“Emosi adalah hal yang wajar pada manusia. Namun, bedanya ada pada hasil emosi yang dihasilkan. Harus terkontrol dan sesuai aturan. Pertimbangkan bila melakukan tindakan agresif, apa akibatnya bila berurusan dengan hukum,” ujar Sony, kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.

Sebelum berkendara, menurut Sony, sebaiknya pengemudi tahu kondisi dirinya. Mengemudikan kendaraan tidak hanya sehat secara fisik, tetapi juga mental. Sebab, harus menghadapi lingkungan, provokasi, dan gangguan yang datang dari luar kendaraan juga.

"Kemudian berkendara secara defensif, seperti sejak awal tidak melanggar peraturan lalu lintas, berkendara terburu-buru, mau mengalah dengan pengguna jalan lainnya," kata Sony.

Baca juga: Jaga Emosi, Hal Penting Agar Aman Naik Sepeda Motor

Selain itu, penting juga untuk menjunjung tinggi sikap lain, yakni menghargai pengguna jalan lain, siapa saja. Termasuk petugas di jalan raya atau bahkan dengan orang yang dianggap mengemudikan kendaraan secara agresif.

“Mungkin dia sedang buru-buru ada urusan penting yang tidak bisa dikompromikan. Berpikir positif saja, beri jalan, atau menjauh,” ujar Sony.

Sony menambahkan, tidak ada untungnya bila emosi dibiarkan meluap. Banyak konsekuensi yang akan dihadapi, baik secara hukum maupun sosial dan relatif akan merugikan diri sendiri.

Memicu Serangan Jantung

mengemudi marahKompas.com/Fathan Radityasani mengemudi marah

Serangan jantung bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, tidak terkecuali ketika tengah berkendara. Pengetahuan yang minim akan serangan jantung bisa membuat kematian mendadak pada penderitanya.

Salah satu kasus serangan jantung pernah terjadi, adalah ketika seseorang tengah mengemudi.

Kondisi ini paling berbahaya, karena tidak hanya penderita penyakit jantung saja yang bisa kehilangan nyawa, tetapi orang-orang yang berada di sekitar bisa terimbas.

Bayangkan, laju mobil yang dalam kecepatan tinggi bisa hilang kendali dan menabrak apa saja di depannya.

Menurut Dr. Antonia Lukito SpJp, ada dua faktor yang bisa menjadi penyebab serangan jantung.

Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengemudikan mobil sembari berkencan bersama sang istri, Tun Siti Hasmah Mohamad Ali, ke Kuala Lumpur Sabtu (23/11/2019).Twitter/DRMAHATHIRMOHAMAD via The Straits Times Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengemudikan mobil sembari berkencan bersama sang istri, Tun Siti Hasmah Mohamad Ali, ke Kuala Lumpur Sabtu (23/11/2019).

"Pertama adalah faktor risiko, yaitu darah tinggi, kolesterol, kencing manis, keturunan dan lainnya. Kedua faktor pemicu, ini bukan sebagai penyebab serangan jantung. Faktor pemicu hanya kondisi yang memicu apa yang sudah ada sebelumnya, contoh aktifitas fisik berat, kondisi lelah atau emosi," ujar Antonia kepada Kompas.com di Jakarta, Rabu (18/02/2020).

Kebanyakan masyarakat saat ini memang tidak mengetahui atau kurang menyadari akan kondisi kesehatannya, sehingga ketika ada pemicu maka bisa terjadi serangan jantung yang bisa berakibat fatal

Antonia mengatakan, 65 persen dari laki-laki mengalami gejala serangan jantung yang mendadak, sedangkah 35 persen masih mengalami gejala terlebih dahulu sehingga masih bisa ditolong.

Sony Susmana selaku Training Director Safety Defensive Consultant turut angkat bicara, ia memberikan beberapa tips untuk mengurangi risiko terjadi serangan jantung ketika mengemudi.

“Istirahat sangat penting untuk menjaga stamina dalam beraktivitas. Sebuah mesin saja jika tidak pernah dimatikan pasti akan cepat rusak, apalagi tubuh manusia yang harus fokus mengemudikan sebuah mesin atau kendaraan,” ujar Sony kepada Kompas.com di Jakarta, Selasa (18/02/2020)

Istirahat dan tidur yang baik untuk tubuh minimal 6 jam, Sony menegaskan bagi pengemudi yang sering berkendara harus beristirahat setiap 3 jam sekali, apalagi sedang melakukan perjalanan luar kota.

Kemudian, ketika ingin beraktivitas harus disesuaikan dengan siklus tubuh manusia, “Waktu yang tepat bagi tubuh beraktifitas termasuk mengemudi itu pagi hingga sore. Maka saat malam hari adalah waktunya tubuh untuk beristirahat. Ketika hal ini tidak dilakukan pasti akan ada konsekuensi kesehatan yang harus ditanggung,” ujar Sony

Terakhir, hal sepele yang sering diabaikan oleh pengendara, yaitu mengemudi secara agresif dan emosi.

“Semakin kencang dan agresif saat mengemudi, maka akan semakin tinggi adrenaline. Artinya semakin cepat irama jantung bekerja,” kata Sony.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com