Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Skenario Pemulihan Industri Otomotif, Butuh 2 Tahun untuk Normal

Kompas.com - 05/06/2020, 07:02 WIB
Ruly Kurniawan,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tengah menyiapkan beberapa skenario untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi industri otomotif nasional di tengah pandemi virus corona alias Covid-19.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Taufiek Bawazier, mengatakan, beberapa opsinya ialah penerbitan operasional usaha, mempermudah impor, hingga meningkatkan investasi.

"Sampai saat ini, ada beberapa skenario recovery yang disesuaikan dengan situasi terkini, mengingat kondisinya terus berubah-ubah. Intinya, kecepatan recovery di sektor otomotif itu sejalan dengan recovery sektor rill (demand masyarakat) di mana berbanding lurus dengan buying power," kata Taufiek kepada Kompas.com, Kamis (4/6/2020).

Baca juga: Era Elektrifikasi Kendaraan Jalan Terus Meski Dihadang Covid-19

Ilustrasi penjualan mobilStanly/KompasOtomotif Ilustrasi penjualan mobil

"Salah satunya, saya bisa katakan, ialah rencana penerapan kebijakan new normal di beberapa wilayah Indonesia. Diharapkan, ini bisa mempercepat pemulihan ekonomi sehingga produktivitas dan daya saing industri otomotif dapat pulih kembali secara perlahan," lanjut Taufiek.

Melalui pembatasan aktivitas yang dikurangi secara bertahap tersebut, kata Taufiek lagi, diprediksi pertumbuhan sektor industri kendaraan bermotor nasional pasca pandemi bisa mengejar ekspektasinya.

Meski demikian, ia tak menampik bahwa butuh waktu yang cukup lama agar sektor otomotif bisa kembali ke fase normal atau penjualan tahunan di atas 1 juta unit.

"Ini sangat tergantung pada seberapa cepat recovery untuk pertumbuhan ekonomi yang ada. Berdasarkan asumsi kami, sektor otomotif diharapkan dapat kembali normal antara satu sampai dua tahun," ujar Taufiek.

Baca juga: Kemenperin Bilang Industri Otomotif Nasional Pulih di Semester Dua

Proses perakitan dan kontrol kualitas sama dengan pabrik Yamaha di Iwata, Jepang.Youtube-Yamaha Motor Official Channel Proses perakitan dan kontrol kualitas sama dengan pabrik Yamaha di Iwata, Jepang.

Pada kesempatan sama, ia juga memperkirakan bahwa penjualan kendaraan bermotor roda empat tahun ini di pasar domestik akan turun 40-50 persen dari tahun sebelumnya. Sementara penjualan sepeda motor, melemah sekitar 30 persen untuk periode yang sama.

Ini sejalan dengan merosotnya daya beli masyarakat selama pandemi serta adanya pembatasan aktivitas masyarakat yang memaksa industri dan bisnis (termasuk pabrik otomotif) harus ditutup sementara.

Untuk diketahui, berdasarkan catatan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), realisasi penjualan mobil di Indonesia selama tiga tahun belakangan selalu berada di atas 1 juta unit.

Baca juga: Gaikindo Bilang Semakin Sulit Ekspor Mobil dari Indonesia

Kinerja Ekspor dan Impor Mobil 2017-2019KOMPAS.com/Ruly Kinerja Ekspor dan Impor Mobil 2017-2019

Rinciannya, raihan pasar pada 2017 ialah 1.067.396 unit, yang kemudian meningkat jadi 1.152.641 unit di 2018. Namun pada 2019, terjadi penurunan 10,8 persen karena ada tahun politik jadi 1.026.921 unit.

Sementara untuk realisasi penjualan motor di pasar domestik, menurut data Asosiasi Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (AISI), selama tiga tahun terakhir selalu berada di atas 6 juta unit.

"Pada 2018, total penjualan mencapai 6.383.111 unit atau naik 8,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 5.886.103 unit. Kemudian di 2019, naik lagi jadi 6.487.460 unit. Maka, secara umum per tahun capaiannya positif," ujar Ketua Bidang Komersial AISI Sigit Kumala beberapa waktu lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau