JAKARTA, KOMPAS.com – Dalam beberapa bulan terakhir beragam informasi deras mengguyur soal pro dan kontra penyelenggaraan balap Formula E di Jakarta.
Namun, bagi kalangan awam yang tidak gemar dunia motorsport, tentu bertanya-tanya, apa sih balap Formula E itu?
Semua berawal dari coretan Presiden FIA Jean Todt di atas tisu restoran di Paris, Perancis pada 3 Maret 2011. Kala itu Todt lagi makan bersama dengan rekan Alejandro Agag (Komisaris Formula E) yang menginginkan menggelar balap formula mobil listrik.
Alasannya, Todt dan Agag mau menciptakan ajang baru yang dapat menjadi alternatif bagi dunia balap yang lebih bersih dan ramah lingkungan di masa depan.
Baca juga: GBK Siap Jadi Alternatif Lokasi Balap Formula E, tapi dengan Syarat
Maklum saja, dunia balap, khususnya Formula 1 terkenal dengan pemborosan maksimal, baik dari mesin, konsumsi bensin, emisi, maupun polusi suara. Selain itu, era elektrifikasi juga mulai terbentuk pada dekade ini.
Dari rumusan kedua founder ini, ada tiga pilar utama yang menjadi suksesi ajang balap mobil listrik Formula E, yaitu motor elektrik, balapan di tengah kota, dan partisipasi fans.
Singkat cerita, tiga tahun berlalu usai pembicaraan itu, Formula E akhirnya memulai debut di jalanan Olympic Park, Beijing, China pada 2014.
Baca juga: Ragam Masalah Biosolar B30, dari Usia Filter Sampai Jadi Gel
Di Indonesia, ajang balap Formula E memang belum setenar Formula 1 apalagi MotoGP. Ajang Formula E merupakan kejuaraan balap single-seater yang menggunakan mobil bertenaga listrik murni alias battery electric vehicle (BEV).
Sejak awal kemunculannya, balap Formula E langsung menggunakan teknologi BEV. Sistem penggerak motor elektrik yang dikembangkan bukan seperti mobil listrik yang dijual di pasar umum yang mendahulukan efisiensi.
Mobil balap Formula E diciptakan khusus untuk lintasan balap saja, sehingga pengembangannya fokus pada performa.
Baca juga: Ragam Promo Suzuki XL7, Diskon Rp 15 Juta dan DP 19 Juta
Dari situs resminya disebutkan jika mobil balap Formula E menggunakan motor elektrik bertenaga maksimal 250 kW atau sekitar 335 dk. Akselerasi 0-100 kpj bisa tuntas tak sampai 3 detik, dengan kecepatan maksimal 280 kpj.
Pada seri perdana, balap Formula E menggunakan mobil Spark-Renault SRT_01E yang memiliki keterbatasan teknologi baterai.
Baterai yang digunakan tak cukup untuk menyelesaikan satu kali perlombaan. Akhirnya, pebalap harus berganti mobil di tengah jalannya balap agar bisa sampai finis.
Baca juga: 4 Perilaku yang Bikin Umur Transmisi Mobil Matik Cepat Rusak
Pengembangan kemudian datang saat mobil Spark SRT05e atau yang biasa disebut ‘Gen2’ digunakan, sejak musim balap 2018-2019. Dengan kemajuan teknologi baterai, penggantian mobil di tengah-tengah lomba tak dibutuhkan lagi.
Kapasitas baterai mobil generasi kedua meningkat dua kali lipat menjadi 54kW per jam, dan tenaga juga melonjak dari 268 dk menjadi 335 dk.