Singapura, KOMPAS – Produsen minyak Shell kembali menyelenggarakan Shell Eco-marathon Asia 2018 di Singapura, pada 8-11 Maret 2018. Ini merupakan kompetisi untuk mendesain, merakit dan mengemudikan kendaraan paling hemat energi antar mahasiswa dan pelajar di kawasan Asia.
Masuk ke edisi yang kesembilan, kegiatan ini diikuti oleh 122 tim mahasiswa dari 18 negara di kawasan Asia Pasifik dan Timur Tengah, termasuk 26 tim mahasiswa dari Indonesia. Mereka berkompetisi untuk meraih gelar kendaraan paling hemat energi.
Darwin Silalahi, Country Chairman & President Director PT Shell Indonesia mengatakan, tantangan pemenuhan konsumsi energi, serta transisi menuju pasokan energi terbarukan ke depan sangat nyata. Kondisi ini butuh upaya kolaboratif berbagai pemangku kepentingan, seperti para pelaku bisnis, pemerintah, akademisi dan khususnya para mahasiswa.
“Kami meyakini, dengan dukungan semua pihak, kompetisi seperti Shell Eco-marathon ini akan mampu mendorong anak-anak muda untuk inovatif dan kreatif, dalam mencari solusi dari permasalahan energi masa depan,” kata Darwin dalam siaran resminya, Jumat (9/3/2018).
“Prestasi yang sudah dicapai oleh mahasiswa Indonesia di ajang internasional ini, membuktikan bahwa generasi muda kita memiliki potensi besar, untuk menciptakan inovasi di bidang teknologi masa depan. Di sini saya melihat semangat juang para mahasiswa, yang membuat mereka unggul dalam kompetisi yang sangat ketat seperti Shell Eco-marathon,” kata Darwin.
Para tim bakal berkompetisi di salah satu dari dua kategori yang diperlombakan, prototype (kendaraan futuristik dan beraerodinamika tinggi) atau UrbanConcept yaitu kendaraan super ekonomis yang menyerupai kendaraan yang ada saat ini.
Salah satu pendatang baru di tim Indonesia adalah mahasiswa Malem Diwa Urban dari Universitas Syiah Kuala, Nanggroe Aceh Darussalam pada kelas UrbanConcept kategori baterai elektrik. Menurut Agung Saputra, Tim manajer Malem Diwa Urban, mengatakan bahawa ini adalah pengalaman baru bagi mereka dalam menciptakan mobil hemat energi berbahan bakar baterai elektrik.
“Selama ini kami mengikuti kompetisi sejenis yang dilaksanakan di dalam negeri dengan mobil berbahan bakar bensin. Pada ajang internasional Shell Eco-marathon Asia 2018 ini, kami membangun mobil dengan sumber energi baterai elektrik. Kami harapkan mobil ini bisa memberikan hasil yang maksimal,” ucap Agung.
Kendaraan-kendaraan yang akan ikut lomba diharuskan melewati serangkaian uji teknis, untuk dapat berlaga di lintasan dan melihat seberapa jauh mereka dapat memacu kendaraan, dengan konsumsi bahan bakar yang paling sedikit.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.