Jakarta, KompasOtomotif – Saat ini, beberapa merek kendaraan roda empat sudah banyak yang menawarkan fitur “automatic engine start-stop” di produk barunya. Ketika fitur ini diaktifkan, maka mesin mobil secara otomatis bisa mati, ketika mobil berhenti beberapa saat.
Melalui fitur ini, pemilik kendaraan diklaim bisa mengehemat bahan bakar minyak (BBM/bensin atau solar) mereka. Karena ketika mobil berhenti (lampu lalu lintas atau macet) mesin ikut berhenti otomatis, sehingga BBM tidak ada yang terbuang saat mesin dalam kondisi menyala idle (langsam/menyala tanpa mobil melaju).
Lalu, saat mobil sudah memiliki kesempatan untuk bergerak maju, pengemudi hanya tinggal melepas rem dan menginjak gas (matic) dan mesin otomatis menyala. Tetapi seberapa signifikankah penghematan BBM dengan mengunakan fitur ini?
Thomas Recke, Public Relation Specialist Continental Automotive mengatakan, seberapa efisien bahan bakar juga pastinya ditentukan oleh cara berkendara, dan hal lainnya. Namun, jika coba melihat karakter pengendara warga Amerika, ada penghematan sekitar 4 persen.
“Penghematan akan bervariasi, tergantung pada jenis sistem automatic start-stop, gaya dan siklus mengemudi. Jika mengambil contoh pengemudi rata-rata di Amerika, bisa menghemat sekitar 4 persen, dengan sistem yang standar,” ujar Recke mengutip Autoguide, Kamis (14/7/2016).
Recke menambahkan, jika sistem automatic engine start-stop yang digunakan punya tingkat kecanggihan lebih tinggi, seperti yang digunakan pada mobil semi atau full hibrida, dapat meningkatkan penghematan BBM atau bahkan bisa sangat signifikan.
“Penghematan juga bisa mencapai 8 persen, khususnya untuk pengendara yang normal, apalagi jika mesin mobilnya sering mati (ketika terjebak macet). Ini akan berbeda ketika mobil digunakan oleh pengemudi agrasif dan yang menghabiskan waktunya di jalan tol,” ujar Recke.
Namun si sisi lain, seperti dijelaskan Ulrich Muehleisen, Head of Marketing and Product Development Robert Bosch, mobil dengan sistem ini harus dilengkapi dengan aki yang punya kemampuan khusus. Karena jika menggunakan aki dengan kemampuan konvensional, bisa cepat rusak.
“Tapi tidak perlu khawatir, karena komponen Original Equipment Manufacture (OEM) sudah bertahap naik mengikuti teknologi baru, dengan memperkuat kemampuan aki untuk mobil yang dilengkapi fitur ini. Aki jenis ini sudah banyak beredar, namun memang harganya akan lebih mahal dibanding aki biasa,” ujar Muehleisen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.