Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tim Daihatsu Terios 7-Wonders Bermalam di Tana Toraja

Kompas.com - 07/10/2014, 08:20 WIB
Agung Kurniawan

Penulis

Pihak keluarga juga kerap membuat patung-patung khusus yang menyerupai jasad yang sudah meninggal dunia. Bastian, salah satu pengantar tamu (guide) lokal, memperbolehkan tim masuk ke salah satu lubang berisi jenazah di dalam tebing. Di sepanjang tebing atau goa ini, berserakan tulang-belulang manusia, mulai dari tengkorang, kaki, tangan, dan pinggul.

"Tidak semua warga Toraja boleh dimakamkan di dalam tebing, hanya kasta-kasta tertentu saja. Semakin tinggi jasad dimakamkan di atas tebing, semakin tinggi juga derajat namanya," jelas Bastian.

Dari seluruh jasad yang ada di lokasi itu, ada sepasang kekasih Toraja yang memilih mengakhiri hidupnya bersamaan karena tidak mendapat restu dari kedua orang tua. Keduanya hidup di tahun 1970-an dan sampai saat ini tengkorak keduanya masing berpegangan tangan.

Pohon Tarra
Dari tebing tempat pemakaman jenazah, rombongan diajak Aris, juga salah satu guide setempat ke Pohon Tarra, tepatnya di Kambira, Tana Toraja. Pohon ini usianya sudah 300 tahun lebih dan dijadikan tempat penyimpanan bayi yang meninggal dunia.

Uniknya, jasad bayi ini seperti dicangkok di batang utama pohon, mirip dengan yang dilakukan di Londa. Batang pohon dilubangi kemudian ditaruh jasad di dalam, dengan ditutupi anyaman ijuk. Menurut ajaran aluk Todolo (animisme), hanya bayi yang belum tumbuh gigi alias masih menyusui yang diperbolehkan dimakamkan di pohon ini.

Menurut ajaran aluk Todolo (animisme), bayi yang meninggal dunia ini hanya berganti alam saja. Untuk itu, dibutuhkan orang tua yang merawatnya. Pohon Tarra ini dianggap sebagai yang bisa merawat mereka karena batangnya mengeluarkan getah yang dianggap mirip seperti air susu ibu.

"Pohon ini sejenis Cimpedak, biasanya mengeluarkan wangi yang khas. Tetapi, pohon ini terakhir digunakan sekitar 1950, karena mayoritas warga Tana Toraja kini sudah menganut ajaran Kristiani, jadi generasi selanjutnya dimakamkan seperti biasa," jelas Aris.

Kini, tim sudah melanjutkan lagi perjalanan etape kelima, menuju Tanjung Bira, Bulukumba, Sulawesi Selatan. Di tempat ini, tim akan mengeksplorasi salah satu kekayaan alam Indonesia yakni lokasi pembuatan kapal phinisi yang sudah dikenal ke seluruh negeri. (ADV)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com