Manado, KompasOtomotif - Perjalanan petualangan Terios 7-Wonders ketiga dimulai hari ini, Kamis (2/10/2014). Perjalanan dimulai dari Astra Daihatsu Malalayang, outlet terbesar Daihatsu di Manado, Sulawesi Utara. Rombongan dilepas langsung oleh Ichiro Otaki, Kepala Divisi Pemasaran Domestik PT Astra Daihatsu Motor beserta eksekutif dealer setempat.
Petualangan Terios 7-Wonders 2014 merupakan yang ketiga kalinya, setelah perjalanan sebelumnya bertajuk "Petualangan Terios 7-Wonders Sumatera Coffee Paradise" bergulir 2012. Petualangan kedua, bertajuk "7 wonders Hidden Paradise", setahun selanjutnya (2013). Tahun ini, pertulangan berlanjut dengan tajuk "Amazing Celebes Heritage".
Total 7 unit Daihatsu, terdiri dari 5 unit Terios TX MT dan 2 unit Terios TX AT, membawa rombongan 13 orang, berisi media cetak, online, televisi, bloger, dan perwakilan DM. Tim akan berpetualang selama 13 hari ke tujuh tempat, yakni Manado, Suku Bajo (Gorontalo), Majene (Kain Mandar), Toraja (Tana Toraja), Bulukumba (Kapal Phinisi), Bone (Watan Lamuru), dan Kendari (Tari Ma'lulo).
Kabasaran
Perjalanan rombongan diiringi dengan gemulai tari Kabasaran dari Minahasa. Tarian ini biasa dilakukan untuk mengantar Tou (orang) Minahasa atau kesatria untuk beperang. Tarian ini mencerminkan manusia yang gagah berani, mempunyai semangat perjuangan, dan kebijaksanaan.
"Rombongan kemudian mengarahkan perjalanan ke Tompaso, sentra kerajinan alat musik dari bambu. Tetapi, kami menyempatkan diri mampir ke kompleks Museum Pinawetengan, Tompaso, Minahasa. Di sana, kami mampir ke museum Wale Anti Narkoba," jelas Endi Supriatna, salah satu pimpinan rombongan kepada KompasOtomotif, hari ini.
Alat musik bambu
Rombongan tiba di Tompaso sebelum makan siang dan beriteraksi di pusat kerajinan alat musik bambu khas Minahasa. Di tempat ini, rombongan disambut oleh lantunan lagu dari musik bambu.
Musik bambu dapat disebut sebagai musik khas nusantara. Pasalnya, alat musik dari bambu ditemukan di hampir semua daerah, meskipun dengan bentuk dan jenis alat yang berbeda satu sama lain. Alat musik bambu di Minahasa sudah dikenal puluhan tahun. Kala itu, alat musik masih berbentuk tiga ruas bambu dengan panjang yang berbeda sekitar 8 cm yang di ikat menjadi satu.
Alat musik ini dibuat dari bulu tui, sejenis bambu berdiameter kecil, hanya 2 cm sampai 3 cm. Dari alat tersebut menghasilkan tiga jenis nada yang gunanya untuk memanggil burung Manguni di malam hari yang di sebut sori.
Pendukung
Dalam perjalanannya, orkes musik bambu semakin melekat di warga Minahasa. Mulai 1880, orkes musik bambu yang semula masih menggunakan suling, mulai mengenal alat lain yang berfungsi sebagai Bass dan Tuba (Piston). Sejak itulah dikenal nama orkes Musik Bambu Melulu yang terdiri dari sederetan peniup suling, tambur besar kecil, korno (Hoorn), piston dari bambu, bombardon (bas) dari bambu, pontuang, dan gong.
Musik ‘ Suling Bambu’ perlahan-lahan tersingkir oleh orkes Musik Bambu yang alat musiknya bukan hanya suling saja, melainkan campuran beberapa jenis alat musik dari bambu. Bahkan didukung pula oleh alat-alat musik buatan Eropa seperti tambur, genderang, clarinet, dan terompet.
"Di sini, teman-teman banyak yang coba ikut membuat, sampai memainkan alat musik dari bambu. Ternyata membunyikannya saja tidak mudah dilakukan," tukas Endi.
Setelah makan siang, rombongan kembali melanjutkan perjalanan etape pertama dengan rute, Manado – Tompaso – Kawangkoan – Bintauna – Isimu – Marissa – Torosiaje, berjarak 668 km. (ADV)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.