Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Alasan Penjualan Motor Listrik di Indonesia Masih Jauh dari Laris

JAKARTA, KOMPAS.com – Tren sepeda motor listrik tengah mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir, salahh satunya dipicu kenaikan harga BBM. Meski begitu, penjualan motor listrik di Tanah Air masih terbilang jauh dari kata laris kalau dibandingkan penjualan motor dengan mesin bakar intenal.

Dilansir data AISI, dalam lima tahun terakhir penjualan motor rata-rata berada di angka 5.494.960 unit. Capaian tertinggi terjadi pada 2019, ketika itu penjualan motor tembus 6.487.460 unit. Sedangkan perolehan terendah terjadi pada 2020 sebanyak 3.660.616 unit.

Adapun populasi motor listrik berdasarkan catatan AISI, sampai dengan Juli 2022 sekitar 19.024 unit. Atau cuma 0,34 persen dari rata-rata penjualan motor dalam lima tahun terakhir.

Sekretaris Jenderal AISI Hari Budianto mengatakan, penjualan sepeda motor listrik di Indonesia terbilang kecil, meski sudah banyak merek yang meluncurkan model motor listriknya di Tanah Air.

Menurut Hari, permasalahan pertama ada pada insentif yang diberikan oleh pemerintah. Berbeda dengan di luar negeri, di Indonesia insentif yang diberikan hanya untuk biaya pajak kendaraannya saja.

"Untuk memproduksi gampang, tapi menjualnya tidak gampang,” ujar Hari, dalam webinar yang digelar pada Kamis (15/9/2022).

“Di luar negeri, itu kan ada subsidinya, kepada produsennya dan juga kepada konsumennya. Di Indonesia, untuk konsumen, itu paling STNK-nya dimurahin 10 persen dari pada motor bakar (ICE)," kata dia.

Kemudian, faktor lain yang membuat motor listrik mahal adalah harga baterai yang masih tinggi. Hari berujar, harga baterai ini berkontribusi 40 persen terhadap total harga jual motor listrik.

"Baterai ini menentukan, jadi berat dan jadi mahal, karena harga baterai itu kurang lebih di angka 300 dolar AS per kWh,” ucap Hari.

“Saya punya motor listrik baterainya 1,2 kWh, itu kalau dirupiahkan, 1,2 dikali 300 dolar AS itu kira-kira masih Rp 6-7 jutaan dan jarak tempuhnya masih 50 Km sampai 60 Km," ujar dia.

Hari menambahkan, permasalahan jarak tempuh turut menjadi salah satu alasan konsumen Indonesia masih belum berniat membeli sepeda motor listrik.

Namun demikian, ia mengatakan, pemasalahan tersebut merupakan proses adaptasi pasar terhadap motor listrik.

Selain jarak tempuh, konsumen juga menunggu harga baterai menjadi murah, serta adanya sistem baterai swap yang bisa disewakan, dan termasuk infrastruktur pendukung lainnya.

https://otomotif.kompas.com/read/2022/09/16/090200015/alasan-penjualan-motor-listrik-di-indonesia-masih-jauh-dari-laris

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke