JAKARTA, KOMPAS.com - Teknologi mesin berbahan bakar minyak selalu mengalami pembaruan guna meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi emisi. Hal itu selalu sejalan dengan usaha manusia dalam menciptakan teknologi yang dapat meningkatkan tenaga mesin.
Baik mesin bensin atau diesel ada yang namanya turbocharger dan supercharger yang saling melengkapi karena keduanya sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Sedangkan bila keduanya digabungkan maka akan jauh lebih efektif.
Hanya saja, kedua komponen tersebut cukup besar untuk disematkan pada satu buah unit mobil. Hal ini bisa menyebabkan pembengkakan biaya produksi dan pada akhirnya harga jual mobil menjadi terlalu mahal.
Foreman Nissan Bintaro, Ibrohim mengatakan turbocharger dan supercharger bertujuan untuk meningkatkan tekanan udara yang masuk ke dalam ruang bakar.
“Supercharger bekerja berdasarkan putaran mesin, dia pakai belt, sedangkan turbocharger menggunakan dorongan gas buang untuk memutarkan turbin. Sehingga, ada perbedaan yang mendasar,” ucap Ibrohim kepada Kompas.com, Minggu (17/7/2022).
Dia mengatakan pada mesin turbo sering terjadi turbo-lag atau terjadi jeda saat mesin sedang akselerasi. Hal itu dikarenakan kecepatan turbin dalam menyuplai udara ditentukan oleh besarnya gaya dorong dari gas buang.
Sedangkan gas buang sendiri belum cukup kencang ketika mesin masih dalam putaran rendah. Sehingga terjadilah semacam jeda.
Sedangkan supercharger merupakan hal yang kurang efisien, karena komponennya masih memanfaatkan putaran mesin untuk menggerakkan turbin, sehingga bisa dikatakan membebani mesin itu sendiri. Berbeda dengan turbocharger yang memanfaatkan gaya dorong gas buang.
Nah, menanggapi fenomena tersebut, dewasa ini muncul berbagai pembaruan seperti VNT atau VGT, ada juga TSI yang merupakan pelengkap turbocharger. Sehingga response mesin turbo menjadi lebih bertenaga.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/07/17/172100015/ini-perbedaan-mesin-turbocharger-dan-supercharger