Geneva, KompasOtomotif - Bos Daimler AG Dieter Zetsche membeberkan target minimum yang wajib dipenuhi, jika teknologi mobil listrik bisa diterima masyarakat luas. Setidaknya, sekali baterai terisi penuh, mobil listrik wajib bisa menjelajah dengan jarak 310 mil atau 499 km.
Jika ini terpenuhi, maka konsumen baru bakal tertarik mengalihkan pilihannya dari mobil konvensional.
"(Jarak itu) sepertinya angka yang masuk akal untuk bisa dikejar," kata Zetsche, di Geneva, Swiss, dilansir Autonews, Minggu (6/3/2016).
Tapi, pria berkumis tebal ini juga mengatakan, belum ada angka yang pasti bisa menunjukkan penerimaan konsumen terhadap mobil listrik.
"Saya tidak tahu, jika ada satu titik kritis setalah dalam dua tahun ketika semua mobil dengan mesin pembakar (konvensional) akan digantikan dengan mobil listrik," ucap Zetsche.
Baterai Murah
Tapi, ia menggambarkan dengan pasti keberlanjutan teknologi ini perlu dilakukan. Salah satu langkah penting itu, adalah harga baterai harus benar-benar murah buat mobil listrik. Harga yang bisa dianggap konsumen itu wajar atau setara untuk mengalihkan pilihannya ke mobil listrik.
Ketika Chevrolet mulai memasarkan Bolt, mobil listrik unggulannya akhir tahun ini, General Motors mengklaim produk ini akan mendapat cap sebagai yang termurah, dalam hal harga per kWh di pasar.
Harga baterai yang melekat para Bolt ini, adalah 145 dollar AS (Rp 1,89 juta) per kWh, kata pihak GM, membuat banderol mobil ini relatif terjangkau, hanya 37.500 dollar AS (Rp 489,9 juta), termasuk biaya kirim, sebelum pajak.
Menarik keluar dari pasar yang sempit, artinya sama dengan pengembangan infrastruktur untuk mobil listrik, kata Zetsche. Selain itu, opsi pengembangan hibrida plug-in, juga dianggap alternatif pengadopsian teknologi mobil listrik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.