Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengguna Mobil Listrik di Indonesia Belum Berani Berpergian Jauh

Kompas.com - 06/06/2024, 19:21 WIB
Ruly Kurniawan,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan penyedia data dan layanan riset, Populix merilis hasil survei atas dinamika pasar kendaraan listrik di Indonesia.

Melibatkan 350 responden di Jabodetabek, Makassar, Bandung, Surabaya, dan Medan selama rentang waktu 15-25 Maret 2024, diperoleh beberapa hal penting yang berkaitan dengan karakteristik penggunaan kendaraan listrik.

Satu hal yang menarik, ternyata para pengguna mobil listrik berbasis baterai saat ini masih belum berani untuk berpergian jauh. Padahal daya jelajah dari mobil yang ditawarkan sudah cukup mumpuni (lebih dari 100 km).

Baca juga: Spesifikasi Zeekr 009, Pesaing Alphard Versi Listrik dari China

Mobil Listrik Wuling Berpartisipasi di 10th World Water Forum 2024Wuling Mobil Listrik Wuling Berpartisipasi di 10th World Water Forum 2024

"Kekhawatiran tentang baterai itu nomor satu. Hal tersebut berhubungan dengan kapasitas jarak tempuh. Jadi kadang kita khawatir dengan seberapa jauh mobil listrik bisa digunakan," kata CEO & Co-Founder Populix, Timothy Astandu, Kamis (6/6/2024).

"Fasilitas atau infrastruktur kendaraan listrik, kalau kita tidak mengisi daya di rumah, pengguna masih khawatir dimana mencari SPKLU. Atau misalnya cari di maps, ternyata saat perjalanan tidak ada yang dekat," ucap dia.

Kekhawatiran itu juga diperkuat dengan apakah fasilitas Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang hendak dituju sudah penuh, sedang antre, atau tidak.

Sehingga, kata Timothy, pengguna memilih untuk menggunakan mobil listrik sebagai kendaraan harian saja. Belum untuk dipakai perjalanan jauh.

Survei penggunaan kendaraan listrik dari Populixdok.Populix Survei penggunaan kendaraan listrik dari Populix

Temuan tersebut lantas disederhanakan dengan data yang menunjukkan bila pengguna mobil listrik yang khawatir dengan sisa baterai selama perjalanan mencapai 65 persen dari total responden.

Sementara yang khawatir atas kapasitas jarak tempuh mobil sebanyak 61 persen dan tidak semua bengkel menerima perbaikan meski kerusakan mobil non-listrik 49 persen.

Selain itu keterbatasan infrastruktur atau fasilitas pengisian daya mobil listrik juga menjadi perhatian tersendiri dari para responden (43 persen). Termasuk juga lokasi SPKLU yang masih sedikit dan jauh (42 persen).

Temuan lain yang ditemukan dari Populix adalah terkait pengisian daya kendaraan listrik. Hasilnya paling nyaman dilakukan di rumah (59 persen), sementara SPKLU hanya digunakan oleh 15 persen responden.

Baca juga: Ingat, Main Ponsel Saat Isi BBM Bisa Picu Kebakaran

ilustrasi kendaraan listrik yang akan digunakan rombongan pemimpin negara-negara peserta Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN.YouTube.com/Sekretariat Presiden ilustrasi kendaraan listrik yang akan digunakan rombongan pemimpin negara-negara peserta Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN.

Lokasi penukaran baterai kendaraan listrik yang paling populer adalah lokasi brand resmi 78 persen diikuti oleh stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU) sebesar 42 persen.

Untuk frekuensi penggunaan SPKLU atau SPBKLU bervariasi dimana 55 persen responden melakukannya satu kali seminggu atau sebagian kecil menggunakannya setiap hari.

"Tujuan utama penggunaan mobil listrik saat ini meliputi mengunjungi teman atau keluarga (71 persen), perjalanan dalam kota (69 persen), berkerja (67 persen), antar-jemput teman atau keluarga (63 persen), dan belanja harian (60 persen)," kata Timothy.

Adapun mobil listrik yang paling banyak digunakan oleh para responden itu ialah Wuling (57 persen), Hyundai (24 persen), dan Toyota (9 persen). Sayang dalam datanya, tidak dijelaskan rinci per-model mobil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com