Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Belum Bisa Terapkan Mobil Listrik 100 Persen

Kompas.com - 11/09/2023, 18:01 WIB
Ruly Kurniawan,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Penggunaan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) atau electric vehicle (EV) jadi salah satu cara yang dipercaya mampu mengurangi efek rumah kaca melalui pengurangan emisi CO2.

Selain itu, upaya tersebut juga mampu menekan penggunaan bahan bakar fosil yang kini cadangannya sudah mulai menipis. Sehingga seluruh negara di dunia mulai berlomba-lomba untuk melakukan transisi ke sana, termasuk Indonesia.

Indonesia sendiri sudah meratifikasi Paris Agreement melalui Undang-undang Nomor 16 Tahun 2016, yang di dalamnya menyatakan bahwa Tanah Air berkomitmen untuk mencapai netralitas karbon alias Net Zero Emission (NZE) pada 2060 mendatang.

Baca juga: Tips Mobil Diesel Bisa Lolos Uji Emisi, Harus Pakai Solar Apa?

Presiden Direktur TMMIN Nandi Julyanto di acara Indonesia Suistainbility Forum di Park Hyatt, Jakarta, Kamis (7/9/2023).dok.TMMIN Presiden Direktur TMMIN Nandi Julyanto di acara Indonesia Suistainbility Forum di Park Hyatt, Jakarta, Kamis (7/9/2023).

Sejalan dengan itu, sejumlah kebijakan pun diterbitkan guna mempercepat penciptaan ekosistem dan penggunaan kendaraan listrik di dalam negeri.

Akan tetapi dalam jangka pendek, banyak sekali tantangan yang harus dilalui agar semua masyarakat mulai menggunakan mobil listrik.

Salah satunya, sebagaimana dikatakan oleh Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Nandi Julyanto, adalah soal wilayah Indonesia yang lebih kompleks, yakni terdiri dari berbagai kepulauan.

"Makanya tadi kita sampaikan di forum bahwa kita berusaha melihat konsumen butuhnya apa. Kalau misalkan di luar Jawa seperti di Indonesia Timur, kendaraan biasa (berbahan bakar fosil) saja susah (bensinnya), apalagi dengan itu (kendaraan listrik)," katanya saat ditemui di Jakarta belum lama ini.

"Sehingga kita perlu lihat mereka cocoknya (jenis kendaraan) seperti apa. Apakah biofuel, hybrid, dan lain sebagainya. Kita juga di Jepang kembangkan ICE (Internal Combustion Engine) yang diinject dengan hidrogen," ucap Nandi, melanjutkan.

Baca juga: Target TKDN Kendaraan Listrik Harus Tembus 80 Persen di 2030

Toyota bZ4X kembali menjadi mobil kenegaraan pada KTT ASEAN 2023dok.TAM Toyota bZ4X kembali menjadi mobil kenegaraan pada KTT ASEAN 2023

Oleh karena itu, strategi Toyota untuk menuju era elektrifikasi di dalam negeri ialah melalui multi-pathways. Perusahaan akan menghadirkan seluruh teknologi kendaraan ramah lingkungan supaya seluruh masyarakat bisa berkontribusi terhadap pengurangan emisi.

Setiap masyarakat memiliki kebutuhan kendaraan bermotor yang berbeda-beda tergantung kempuan ekonomi, peruntukkan, dan lokasi.

Pada sisi manufaktur, tantangan yang harus dihadapi dalam proses transisi ke kendaraan listrik adalah kesiapan para pemasok. Sebab lebih dari 50 persen proses produksi suatu kendaraan bermotor dilakukan di sana.

Nandi mengaku, saat ini pihak Toyota sudah melakukan komunikasi terhadap para pemasok. Tetapi memang untuk masuk ke industri kendaraan listrik penuh, memerlukan waktu.

Baca juga: Tingkatkan TKDN, Wuling Mau Bawa Pemasok Asal China ke Indonesia

"Toyota selalu percaya teknologi terus berkembang. Jadi bukan hanya baterai, tetapi ada alternatif-alternatif lain. Alternatif ini membuat industri itu diversifikasi. Contonya salah satu supplier kita yang sebelumnya memproduksi rear axle berubah jadi front shaft (perubahan penggerak mobil dari RWD ke FWD) sehingga tidak mati (gelar tikar)," katanya. 

"Jadi kita sudah informasikan supaya mereka ancang-ancang kalau mungkin akan sunset (pasokannya berkurang). Nah, nanti apa nih supaya menuju diversifikasi menjadi another product, itu yang harus kita kerja sama dengan pihak global dan regional," lanjut Nandi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com