Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Metode Siklus Baterai Motor Listrik yang Paling Cocok di Indonesia

Kompas.com - 10/05/2024, 10:02 WIB
Gilang Satria,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Saat ini banyak merek sepeda motor listrik yang hadir di Indonesia. Konsumen diberikan berbagai pilihan, bukan cuma merek, desain, dan spesifikasi, sampai pilihan metode siklus pengisian baterai.

Secara umum ada tiga metode pengisian daya alias pengecasan motor listrik, pertama motor dengan baterai tanam. Kedua, motor listrik dengan baterai dapat dilepas dan ketiga, sistem swapping atau tukar pakai.

Baca juga: Video Daihatsu Sigra Jadi Korban Pencurian Ban dan Pelek di ITC Cempaka Mas

Dari ketiga pilihan sistem pengisian daya tersebut mana yang paling cocok buat konsumen Indonesia?

ECGO 5KOMPAS.com/SENDY ECGO 5

"Di Indonesia ada tiga kelompok baterai, dan tiap kelompok ini berbeda beda," ujar Hermawan Wijaya, Direktur Marketing PT International Chemical Industry (ABC Lithium) yang ditemui di Jakarta, belum lama ini.

Tipe pertama yaitu motor listrik baterai tanam. Hermawan mengatakan, keunggulannya ialah biasanya baterai berkapasitas besar, tapi kelemahannya sistem pengisian daya lebih terbatas.

"Kalau model tanam memang sebaiknya (baterainya) kapasitas besar. Sebesar mungkin baterainya bisa masuk ke motor. Tidak bisa dilepas. Jadi sebaiknya tidak menyulitkan pengguna," ujar Hermawan.

Baca juga: Cerita Benny Santoso Menang TCR Asia Series di Sirkuit Sepang

Battery swapping station (BSS) milik Pertamina Patra Niaga.DOK. Pertamina Battery swapping station (BSS) milik Pertamina Patra Niaga.

"Seperti Polytron dia menggunakan baterai tanam. Jadi, tinggal masalah jualannya baterainya, dirental. Tidak dijual, hanya di motornya," katanya.

Kedua, tipe baterai motor listrik yang dapat dilepas. Keunggulannya pengguna bisa lebih fleksibel saat mengecas. Konsumen juga punya opsi beli baterai lebih dari satu untuk cadangan atau jaga-jaga jika baterai pertama bermasalah.

"Kalau model satunya yang dapat dilepas tapi tidak ditukar. Maksudnya apa, kita (konsumen) punya dua satu tiga baterai di rumah atau toko. Jadi pas jalan bisa tukar di rumah/toko," ujar Hermawan.

Baca juga: Toprak Akhirnya Bilang Alasan Meninggalkan Yamaha

Baterai motor listrik GOVA F600, bisa diswap di stasiun penukaran baterai atau dicas sendiri di rumah Kompas.com/Daafa Alhaqqy Baterai motor listrik GOVA F600, bisa diswap di stasiun penukaran baterai atau dicas sendiri di rumah

"Kalau baterai bisa dilepas itu lebih memudahkan. Misal tinggal di apartemen kan sulit kalau baterai tanam. Paling enak dilepas kemudian diisi di kamar. Model ini cocok. Bisa mengecas sendiri di rumah atau tempat lain," katanya.

Ketiga yaitu baterai motor listrik dengan sistem tukar pakai alias swap. Keunggulannya yaitu sistemnya seperti beli galon air atau isi bensin di Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU) di motor konvensional.

"Prinsipnya tidak peduli ngecas di mana, kalau ada tempat penukaran akan ditukar. Jadi yang ini sebetulnya analoginya mirip dengan SPBU, terserah ke mana yang penting ada SPBU. Terserah mau ke mana yang penting ada tempat penukaran baterai," kata Hermawan.

Baca juga: Tips Mengemudikan Mobil Matik CVT di Tanjakan

Pengemudi ojek online motor listrik antri saat hendak mengganti baterai di swapping stationKompas.com/Daafa Alhaqqy Pengemudi ojek online motor listrik antri saat hendak mengganti baterai di swapping station

Minusnya kata Hermawan, infrastrukur swap masih sedikit. Butuh waktu jika ingin konsep ini bisa diaplikasikan secara luas di semua kota di Indonesia.

"Kalau tempat penukarannya sudah banyak misal di tiap 10 Km ada penukaran enak. Tapi sekarang susah memang belum ada. Sama seperti tahun 70'an kita bawa mobil ke Surabaya (dari Jakarta) pom bensin masih susah," ujarnya.

"Jadi begitu saat ini berlomba agar penukaran jadi banyak. Tapi ini perlu waktu, perlu support, jangan mengeluh terus, kita harus sama-sama bangun ini semua," kata Hermawan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau